Omnibus Law Diprediksi Bakal Dongkrak IHSG ke Level 6.750 pada 2020

Image title
31 Desember 2019, 16:40
prediksi ihsg 2020, ihsg tahun depan, omnibus law,
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI) di hari terakhir perdagangan tahun 2019, Senin (30/12). Analis menilai penerapan omnibus law dapat mendorong IHSG menembus level tertingginya sepanjang masa.

(Baca: Terpukul Gejolak Global, Pasar Modal RI 2019 Bisa Cetak Hasil Positif)

Pasalnya ekspor bahan jadi dapat menolong neraca perdagangan Indonesia yang selama ini terus defisit. Dengan neraca dagang yang tidak defisit, Nafan menilai Indonesia bisa lebih mudah melakukan transformasi menjadi negara maju. "Ini masih jadi pekerjaan rumah hingga saat ini," ujarnya.

Adapun Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat defisit neraca perdagangan pada November 2019 mencapai US$ 1,33 miliar. Sehingga sepanjang tahun ini, hingga November, defisit neraca perdagangan Indonesia telah mencapai US$ 3,11 miliar. Adapun, Nafan memprediksi, IHSG pada bulan pertama di 2020 berpotensi untuk naik di rentang level 6.404 hingga 6.675.

Meski begitu, IHSG masih harus menghadapi volatilitas ekonomi global yang berpotensi menjadi batu sandungan untuk naik lebih tinggi. "Masih banyak faktor dari luar yang pengaruh. Dalam negeri cukup bagus tapi eksternal lebih pengaruh," kata Hans.

Salah satu faktor global yang berpengaruh pada IHSG di 2020 yaitu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Pelaku pasar modal disebut bakal menanti kesepakatan damai fase berikutnya, setelah pada 13 Desember 2019, kedua negara menyepakati perjanjian damai fase pertama.

(Baca: Bursa Saham Amerika Terancam Koreksi Tajam Tahun Depan)

Namun Hans menilai negosiasi kesepakatan dagang tahap selanjutnya terganggu oleh rencana parlemen AS memakzulkan Presiden Donald Trump. "Rencana pemakzulan Trump oleh DPR AS, bisa mengganggu negosiasi damai kedua negara tersebut," ujarnya.

Selain itu aksi demonstrasi warga Hong Kong yang sepanjang 2019 mempengaruhi laju IHSG, masih akan mempengaruhi laju indeks domestik pada 2020. Meski begitu, efeknya tidak sebesar sebelumnya karena parlemen Hong Kong yang pro demokrasi. "Jadi, keadaan ribut di sana masih akan berlangsung, tapi sepertinya mereda," kata Hans.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...