Bursa Saham Semester II Diprediksi Naik, Kabinet Baru Dinanti Investor
Namun, Budi mengingatkan penguatan rupiah saat ini belum ditopang secara fundamental. Pasalnya, kenaikan nilai tukar itu terjadi karena masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia, sebesar Rp 192,5 triliun.
Capital inflow tersebut terlihat dari masuknya kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 118,1 triliun dan saham senilai Rp 74 triliun. Kepemilikan investor asing terhadap SBN saat ini telah melebihi Rp 1.000 triliun.
(Baca: BPS: Neraca Dagang Juni 2019 Surplus US$ 200 Juta)
Padahal, Indonesia masih mengalami defisit neraca dagang. Sepanjang semester I-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Indonesia defisit US$ 1,93 miliar. Defisit pada semester 1 tahun ini merupakan yang terdalam selama empat tahun terakhir, meskipun, seperti terlihat pada grafik Databoks berikut ini, pada Juni lalu terjadi surplus US$ 200 juta.
Budi mengatakan, tantangan terbesar Indonesia saat ini penyembuhan defisit neraca berjalan alias current account deficit (CAD). Menurut dia, kebijakan moneter dan fiskal saja tidak cukup untuk memperbaiki CAD. "Hal yang kita tunggu saat ini adalah kabinet pemerintah yang baru untuk memberi solusi dalam memacu produktivitas dan daya saing," kata Budi Hikmat.
Salah satu penyebab membengkaknya CAD, lanjut Budi, yakni masyarakat terlena menggunakan produk barang atau jasa yang didatangkan melalui skema impor, namun tak menggerakan roda produktivitas. Menurut dia, semasa era booming komoditas, sektor manufaktur kurang dapat dukungan, sementara belanja masyarakat untuk barang impor tumbuh pesat.
"Ketika booming berakhir, belanja barang impor sulit ditekan sementara sektor manufaktur sulit menyerap tenaga kerja yang menghasilkan pendapatan untuk rumah tangga," kata Budi.