BEI: Tahun Ini Awal Kebangkitan Investor Retail di Pasar Modal

Image title
1 Desember 2020, 19:43
saham, pasar modal, investor retail, bursa saham, bursa, bursa efek indonesia, kepemilikan investor retail, investor asing, pasar saham
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Bursa Efek Indonesia

Dari total tersebut, investor yang berusia di bawah 30 tahun masih mendominasi yaitu 49,4%, naik dibandingkan kontribusi pada akhir 2019, dimana hanya 44,65%. Meski begitu, nilai aset dari investor di bawah usia 30 tahun merupakan yang paling kecil di antara rentang usia lainnya yaitu Rp 17,61 triliun.

Jika berdasarkan nilai asetnya, investor dengan usia di atas 60 tahun merupakan yang paling besar yaitu senilai Rp 259,04 triliun. Padahal, jumlah investor di atas usia 60 tahun hanya sebanyak 4,12% dari seluruh investor di pasar modal.

Catatan unik lainnya adalah peningkatan jumlah investor dengan pendidikan sederajat SMA atau di bawahnya yang per 19 November mencapai 42,88% dari total investor. Persentase tersebut mengalami kenaikan dari yang sebelumnya 32,02% pada Desember 2019.

Meski begitu, mayoritas investor di pasar modal mengenyam pendidikan sarjana yaitu sebesar 44,4%. Tapi persentase jumlah investor berpendidikan sarjana, tercatat mengalami penurunan dibandingkan Desember 2019 yang sebanyak 48,2%.

Uriep menilai, peningkatan jumlah investor dengan pendidikan setara SMA atau di bawahnya, merupakan buah dari langkah Bursa melakukan sosialisasi pasar modal hingga ke pelosok. Seperti diketahui, BEI memiliki 30 kantor wilayah dan 470 kerja sama dengan galeri investasi.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, meningkatnya peran investor ritel dalam negeri ini memang disebabkan oleh pandemi Covid-19 karena banyak dana yang menganggur. Masyarakat pun berusaha mencari menyimpan dana untuk investasi yang cepat dan mudah.

Ia menilai sebenarnya pasar modal memiliki tingkat resiko yang tinggi. Tapi, pasar modal justru menjadi perhatian bagi masyarakat usia muda karena toleransi yang besar kepada risiko tinggi. "Ini menjadi sebuah kesempatan bagi anak muda untuk mulai masuk bermain di saham," kata Nico beberapa waktu yang lalu.

Untuk mempertahankan keikutsertaan investor muda pada perdagangan di pasar saham, Nico menilai Bursa perlu melakukan edukasi dengan lebih giat lagi. Ini perlu dilakukan agar masyarakat tahu, mana instrumen investasi yang benar dan mana investasi yang bodong.

"Sehingga, citra investasi yang sesungguhnya dapat tetap terjaga dengan baik," kata Nico.

Pasalnya, investor muda yang toleran terhadap risiko tinggi, mungkin tidak akan mau kembali berinvestasi jika mengalami kerugian. Untuk itu, perlu adanya edukasi juga untuk memberikan penjelasan soal risiko apa saja yang bisa terjadi di pasar saham.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...