Chairul Tanjung Borong Saham Garuda Indonesia di Harga Premium
Berdasarkan laporan keuangan terakhir yang disampaikan, maskapai penerbangan milik pemerintah tersebut harus menanggung kerugian senilai US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun hingga triwulan ketiga 2020 (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar).
Kinerja kuartal ketiga 2020 berbanding terbalik dengan raihan profit periode yang sama tahun lalu. Garuda mampu meraih laba bersih US$ 122,42 juta atau Rp 1,74 triliun pada triwulan ketiga 2019.
Penurunan kinerja tersebut disebabkan pendapatan usaha Garuda yang anjlok. Hingga akhir September 2020, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan senilai US$ 1,13 miliar, turun hingga 67,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 3,54 miliar.
Pendapatan Garuda mayoritas masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai US$ 917,28 juta pada triwulan III 2020. Masalahnya, pendapatan penerbangan berjadwal ini anjlok hingga 67,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,79 miliar.
Penerbangan berjadwal tersebut penerbangan penumpang serta kargo dan dokumen. Dari penumpang, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan US$ 736,51 juta, turun hingga 71,14% secara tahunan. Sementara, pendapatan dari pengiriman kargo dan dokumen US$ 180,77 juta atau turun 25,89% secara tahunan.