Akrobat Bank Kecil Mengejar Tenggat Kewajiban Modal Rp 1 Triliun

Image title
14 Oktober 2020, 20:03
modal inti bank, OJK, BUKU
Denis Putilov/123rf
Ilustrasi.

Seperti diketahui, Bank Bisnis melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 7 September 2020 lalu. Saat itu, Bank Bisnis berhasil mengumpulkan Rp 189,48 miliar. Hasil dari penawaran 394,76 juta unit saham atau setara 15% dari total saham perseroan di harga Rp 480 per sahamnya.

Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis Paulus Tanujaya mengakui meski sudah meningkat, namun modal inti perusahaan masih belum memenuhi ketentuan OJK. Untuk itu, Bank Bisnis berencana menambah modal dengan skema rights issue.

"Pada 2 November nanti kami akan adakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk persetujuan penambahan modal tersebut," kata Paulus kepada Katadata.co.id, Rabu (14/10).

Seperti diketahui, Bank Bisnis berencana menambah modal sebanyak-banyaknya 438,62 juta unit saham atau setara 16,67% dari modal disetor. Meski begitu, Paulus belum mau menjabarkan lebih detail terkait dengan harga pelaksanaan rights issue tersebut dan komitmen dari pemegang saham untuk mengambil haknya.

Bank lain yang belum memenuhi modal inti Rp 1 triliun setidaknya sampai Juni 2020 adalah PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS), hanya Rp 63,1 miliar saja. Meski begitu, Bank Banten berencana untuk melakukan penambahan modal melalui skema Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) alias rights issue.

Dalam prospektus dijelaskan, Pemerintah Provinsi Banten melalui PT Banten Global Development berencana menyuntikan modal dengan anggaran sebesar Rp 1,55 triliun. Jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 60,82 miliar saham Seri C dengan nilai nominal Rp 50 (lima puluh Rupiah) per saham.

Jumlah saham baru itu akan ditawarkan melalui PMTHMETD atau 90,46% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Namun, harga pelaksanaan akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus tersendiri.

Empat Bank Sudah Naik Kelas

PT Bank Royal Indonesia yang baru diakuisisi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sudah melangkah menjadi bank BUKU II sejak 30 Januari 2020. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, per Juni 2020, modal inti Bank Royal mampu mencapai Rp 1,34 triliun.

Naik kelasnya Bank Royal itu, setelah mendapatkan suntikan modal dari induk barunya senilai Rp 1 triliun dari penerbitan 10 juta unit saham yang seluruhnya diambil BCA. Alasan suntikan modal ini sesuai dengan rencana bisnis, dimana Bank Royal akan fokus pada layanan perbankan digital.

"Secara ketentuan, Bank Royal memerlukan tambahan modal agar total permodalan menjadi di atas Rp 1 triliun dan menjadikan Bank Royal sebagai bank BUKU 2 yang dapat menyediakan layanan elektronik," kata Sekretaris Perusahaan BCA Raymon Yonarto dalam keterbukaan informasi 3 Februari 2020 lalu.

Bank lain yang berhasil naik kelas menjadi BUKU II adalah PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), di mana pada akhir tahun lalu modal intinya masih Rp 281,19 miliar. Namun, per Maret 2020 sudah naik kelas karena modal intinya senilai Rp 1,01 triliun. Bahkan per Juni 2020 modal intinya Rp 1,41 triliun.

Pemegang saham eksisting BKE yaitu PT Danadipa Artha Indonesia menyuntikan modal kepada bank melalui skema private placement pada 7 Februari lalu. Danadipa yang sebelumnya memiliki saham BKE sebanyak 21%, naik menjadi 92,62% setelah private placement dan terus bertambah hingga saat ini menjadi 94,95%.

Selanjutnya, bank yang sudah mengamankan modal inti di atas Rp 1 triliun adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sebelumnya bernama PT Bank Artos Tbk. Tercatat, modal inti Bank Jago per Juni 2020 mencapai Rp 1,26 triliun, padahal per Maret 2020 modal intinya hanya Rp 642,87 miliar.

Naik kelasnya Bank Jago ini karena melaksanakan right issue pada 2-8 April 2020 dengan menerbitkan sebanyak 9,65 miliar saham baru seharga Rp 139 per lembar saham. Lewat aksi ini, Bank Jago memperoleh dana segar sebesar Rp 1,34 triliun. Setelah aksi korporasi ini Bank Jago fokus menjadi bank digital.

PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) yang pada 11 September 2020 resmi berganti nama menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk ini per Juni 2020 masih ada di kelas BUKU I karena modal inti senilai Rp 936,42 miliar. Namun, per 18 September 2020, Bank Neo remi naik kelas karena modal intinya menjadi Rp 1 triliun.

Kenaikan modal inti ini setelah perusahaan merealisasikan Penawaran Umum Terbatas (PUT) III melalui skema rights issue Juli 2020. Melalui skema penambahan modal tersebut, Bank Neo berhasil mengantongi dana segar Rp 150 miliar, dimana PT Akulaku Silvrr Indonesia mengambil sebagian haknya sehingga kepemilikannya menjadi 24,98%.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...