Upaya BTPN Syariah Merajut Bisnis Perempuan Prasejahtera di Bumi Riau

Intan Nirmala Sari
15 September 2022, 23:29
bisnis, nasabah btpn syariah
Katadata

Sosok Neni menjadi salah satu bagian penting di balik proses “naik kelasnya” perempuan prasejahtera produktif di Pekanbaru. Bergabung menjadi bankir pemberdaya BTPN Syariah sejak 2013, dia memiliki tugas menjembatani nasabah prasejahtera produktif agar bisa mendapatkan pembiayaan ultra mikro.

Ibu empat orang anak itu sudah merasakan pahit manisnya menggandeng nasabah produktif, dari ditolak calon nasabah, dikejar orang mabuk, dimarahi, hingga ban motor pecah di tengah ladang sawit tak berpenghuni. “Dari semua itu, banyak juga yang kami dapat, seperti pelajaran hidup, bisnis dan usaha, hingga perasaan bahagia ketika nasabah sukses,” ujar Neni saat berbincang dengan Katadata.co.id.

Business Coach bankir pemberdaya BTPN Syariah area Riau, Fauzan Ridha mengatakan hingga Juni 2022, pembiayaan syariah yang berhasil disalurkan mencapai Rp 171,6 miliar kepada lebih dari 49 ribu perempuan. Hal itu didukung 188 community officer selaku bangkir pemberdaya.

Bankir Pemberdaya BTPN Syariah
Bankir Pemberdaya BTPN Syariah (Katadata)

Risiko Kredit Macet vs Kepercayaan

Financing Business Planning & Support Head BTPN Syariah, Dewi Nuzulianti mengatakan rasio gagal bayar (NPF) perusahaan, saat ini masih respectable. Hal itu dilihat dengan membandingkan rasio saat ini, dengan benchmark bank konvensional dan bank umum syariah atau BUS. "NPF kita lebih baik," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/9).

Adapun untuk target NPF yang dipatok BTPN Syariah akhir tahun ini, masih akan kompetitif dibandingkan bank konvensional maupun BUS. Bahkan, beberapa strategi disiapkan untuk menjaga NPF tetap berada di kisaran saat ini. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per Juni 2022, BTPN Syariah mencatat rasio kredit macet atau NPF gross di level 2,5%. Angka tersebut meningkat dibandingkan level NPF gross sebelum pandemi yang sempat di kisaran 1,7%. Adapun NPF untuk Riau masih di level aman, yakni 0,2%.

Untuk menjaga tingkat NPF, Dewi menjelaskan pihaknya tetap fokus melakukan pengelolaan pembiayaan bermasalah dengan baik, serta memperhatikan kondisi nasabah di segmen productive poor. Ainul mengatakan kalau mitigasi risiko dilakukan dengan kuat.

“Dibutuhkan juga kekuatan teman-teman di lapangan berinteraksi dan membuka diri terhadap nasabah. Menjalin relationship dengan nasabah menjadi upaya kami menjaga NPF," ujar Ainul kepada Katadata.co.id.

Di samping itu, bisnis pembiayaan BTPN Syariah masih positif berkat dana pihak ketiga yang tumbuh 12% menjadi Rp 11,8 triliun per Juni 2022, dibandingkan tahun lalu. Di mana, penyaluran pembiayaan ikut bertumbuh 11 % menjadi Rp 11,1 triliun, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) di posisi 48,4 %.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...