Didominasi Proyek Swasta, PTPP Catat Kontrak Baru Rp 6,7T per Mei 2021

Intan Nirmala Sari
21 Juni 2021, 16:23
Foto udara pembangunan hotel Pullman di Kawasan pariwisata The Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (20/12/2020). Hingga Desember 2020 ITDC mencatat ada 13 investasi senilai Rp.2,885 triliun untuk The Mandalika guna membangun sebelas akomod
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.
Foto udara pembangunan hotel Pullman di Kawasan pariwisata The Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (20/12/2020). Hingga Desember 2020 ITDC mencatat ada 13 investasi senilai Rp.2,885 triliun untuk The Mandalika guna membangun sebelas akomodasi berupa hotel oleh Pullman, Royal Tulip, Paramount, Golden Tulip, Marriot, Aloft, Mandalika Beach Club, Marta, Grand Aston, Cocomart, Laza, serta dua fasilitas pendukung berupa Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) atau pengolahan air bersih dan pompa bensin.

Dalam risetnya Senin (21/6), Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael memperkirakan, pertumbuhan kontrak baru perusahaan konstruksi BUMN hingga akhir 2021 sekitar 10%-15%. Sedangkan untuk order book diperkirakan tumbuh 5%-10%.

“Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan agregat sepanjang 2021 (PTPP, WIKA, WSKT, dan ADHI) sebesar 5%-10%,” ujarnya.

Ke depan, pertumbuhan kontrak baru agregat untuk emiten konstruksi BUMN di 2022 bergerak tanpa sentimen positif. Untuk itu, Joshua merekomendasikan netral untuk prospek emiten sektor konstruksi.

Pada awal Mei 2021, pemerintah mengumumkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 sebesar Rp 450 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 7,8% dibandingkan anggaran 2021 yakni Rp 417,4 triliun. Alokasi untuk anggaran infrastruktur direncanakan akan lebih tinggi di tahun depan.

Di sisi lain, kenaikan RAPBN berdampak pada pemangkasan pagu anggaran Kementerian PUPR sekitar 32,9%, dari Rp 149,8 triliun di 2021 menjadi Rp 100,5 triliun di 2022. Sedangkan pagu anggran untuk Kemenhub turun 27,9% dari Rp 45,7 triliun menjadi Rp 32,9 triliun.

Joshua menilai, secara historis realisasi kontrak baru kontraktor BUMN erat kaitannya dengan fluktuasi anggaran Kementerian PUPR dan Kemenhub. “Oleh karena ini, kami memperkirakan pertumbuhan kontrak baru agregat emiten kontraktor BUMN meredup di 2022,” kata Joshua.

Di sisi lain, Otoritas Investasi Indonesia (INA) terus melakukan diskusi terkait kemungkinan kemitraan dengan mitra investasi lokal dan asing. Peluang investasi awal jalan tol bakal menjadi katalis tunggal untuk sektor konstruksi di 2022. Hal tersebut diyakini mampu memberikan dampak positif bagi keuangan emiten sektor konstruksi BUMN.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...