Kisah Evergrande, Raksasa Properti Tiongkok yang Terjerat Utang Jumbo

Sorta Tobing
21 September 2021, 16:52
Evergrande, Tiongkok, Utang
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi. Kejatuhan pasar saham akibat krisis gagal bayar utang Evergrande.
Yuan Tiongkok
Yuan Tiongkok (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Profil Evergrande

Perusahaan berdiri pada 1996 di Guangzhou, Tiongkok. Awalnya, Evergrande hanya perusahaan properti kecil. Skala bisnisnya membesar seiring booming sektor perumahan negara tersebut. 

Evergrande lalu mengukuhkan diri menjadi pengembang terbesar kedua di Tiongkok, berdasarkan jumlah penjualan. Perusahaan lalu melantai di bursa saham Hong Kong pada 2009.

Melansir dari situs resminya, Evergrande telah mengerjakan 1.300 proyek di lebih 280 kota di Negeri Manufaktur. Selain properti, perusahaan juga bergerak di sektor manufaktur, kendaraan elektrik, asuransi, layanan streaming, air minum dan makanan, kesehatan, taman bermain, dan klub sepak bola.

Total karyawannya mencapai 200 ribu orang. Sedangkan asetnya mencapai 2,3 triliun yuan atau lebih Rp 5.064 triliun. 

Mengapa Evergrande Gagal Bayar Utang?

Mengutip dari Channel News Asia, Evergrande berbisnis dengan leverage yang agresif sejak awal. Perusahaan disebut sebagai pengembang properti paling berutang di dunia. 

Pendirinya, Hui Kan Yan, bahkan disebut sebagai ‘raja utang Tiongkok’. Ia sempat dinobatkan sebagai orang terkaya di Asia pada empat tahun lalu. Kekayaan bersihnya mencapai US$ 45,3 miliar. Sekarang, setelah perusahaannya dalam masalah, Forbes menyebut kekayaan Hui turun menjadi US$ 10,6 miliar.

Strategi bisnis berdasarkan utang yang besar ini tentu saja mudah goyah. Apalagi Beijing mengumumkan kebijakan Tiga Garis Merah yang mulai digaungkan sejak Agustus 2020. 

Kebijakan ini adalah triometrik utang yang harus dipenuhi pengembang jika ingin menambah pinjaman lebih banyak. Termasuk di dalamnya adalah batas atas kewajiban atas aset, batas atas utang bersih terhadap ekuitas, dan rasio kas terhadap pinjaman jangka pendek. 

Apabila lolos dalam tiga batas tersebut, pengembang dapat menaikkan utangnya maksimal 15%. Evergrande tentu saja tidak dapat memenuhinya. Kondisi perusahaan juga diperparah dengan menurunnya permintaan properti di Tiongkok, yang menekan pula harga perumahan di sana.

Penyumbang bahan: Dhia Al Fajr (magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...