Laba Hancur di Tengah Skandal Korupsi, Bagaimana Nasib Saham TINS?

Lona Olavia
1 April 2024, 13:53
Laba Hancur di Tengah Skandal Korupsi, Bagaimana Nasib Saham TINS?
PT Timah Tbk
Button AI Summarize

Keuangan PT Timah Tbk (TINS) merosot tajam di tengah terkuaknya skandal mega korupsi yang disinyalir bisa merugikan negara hingga Rp 271 triliun. Mega korupsi antara lain melibatkan nama-nama besar seperti suami aktris Sandra Dewi yakni Harvey Moeis dan crazy rich PIK Helena Lim.

PT Timah tercatat mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 449,69 miliar pada 2023. Padahal di tahun 2022, emiten pelat merah ini mampu mencetak laba bersih Rp 1,04 triliun.

Kerugian Timah sejalan dengan laju pendapatan yang turun dari Rp 12,5 triliun pada 2022 menjadi Rp 8,39 triliun pada tahun 2023. Sementara beban pokok pendapatan turun ke Rp 7,92 triliun di 2023, dari sebelumnya Rp 9,97 triliun di 2022.

Menilik data kinerja 2023 dan kasus yang menimpa TINS, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa sentimen tersebut membuat prospek TINS menjadi buruk atau kurang kondusif.

“Karena memang prospek komoditas rata-rata lesu tahun ini seiring dengan perlambatan ekonomi global,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (1/4).

Arjun pun menilai kasus korupsi yang ada di tubuh Timah, jelas berdampak besar ke perusahaan. Untuk itu, ia memasang target harga TINS Rp 580 per lembar.

Pada perdagangan Senin (1/4) pukul 13.45 WIB saham TINS terpantau merosot 4,82% atau 40 poin ke Rp 790 per lembar. Dalam sepekan saham TINS melemah 0,63% dan setahun anjlok 23,3%.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani mengatakan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseroan.

“Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar US$ 4.891 per metrik ton dari tahun 2022 berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan di tahun 2023,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...