Kadin: Jadi Negara Maju, Indonesia Tetap Dapat Fasilitas Bea Masuk AS

Image title
24 Februari 2020, 14:28
kadin, amerika serikat, bea masuk
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, logo Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin menyatakan keluarnya Indonesia dari daftar negara berkembang tidak berdampak pada fasilitas bea masuk atau Generlizes System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat.

 Pada pekan lalu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengunjungi AS untuk membahas penyelesaian negosiasi GSP terutama untuk produk hortikultura. Pembahasan tersebut bakal berlanjut dalam pertemuan Mendag dengan perwakilan United States Trade Representative (USTR) Robert Lighthizer pada 13 Maret 2020.

Mendag berharap Indonesia bisa kembali mendapatkan fasilitas bea masuk. Pasalnya, AS merupakan mitra strategis dan negara tujuan ekspor kedua bagi Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia menjaga hubungan perdagangan bilateral dan mempertahankan fasilitas GSP dari AS agar dapat terus mendorong perdagangan kedua negara.

Pada 2018, nilai ekspor Indonesia dari pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP naik 10% dari US$ 1,9 miliar menjadi US$ 2,2 miliar. Sedangkan pada Januari-November 2019, nilai ekspor dengan fasilitas GSP naik sebesar 20% dari US$ 2 miliar menjadi US$ 2,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, total perdagangan Indonesia-AS pada tahun lalu hanya mencapai US$ 26,97 miliar atau turun 5,73% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 28,6 miliar. Meskipun demikian, ekspor Indonesia pada 2019 tercatat mencapai US$ 17,72 miliar, sedangkan impor senilai US$ 9,25 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus sebesar US$ 8,46 miliar.

Ekspor utama Indonesia ke AS pada 2019 meliputi udang-udangan (krustasea) segar, karet alam, alas kaki, jerseys, pakaian wanita dan anak perempuan, serta ban pneumatik baru. Sedangkan, produk impor utama dari AS pada 2019 meliputi biji kedelai, kapas, gandum dan meslin,residu tepung pati, dan tepung bukan konsumsi.

Selain itu, total nilai investasi AS di Indonesia pada 2019 sebesar US$ 989,3 juta yang terdiri dari 788 proyek. Investasi tersebut didominasi sektor pertambangan dengan porsi sebesar 78%. Sisanya berasal dari industri listrik, gas dan air, industri jasa dan lainnya.

(Baca: Barter dengan 2 Kebijakan, RI Segera Kantongi Insentif Ekspor dari AS)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...