Mayoritas Mata Uang Asia Menguat di Tengah Kabar Baru dari Eropa & AS

Martha Ruth Thertina
25 Januari 2019, 13:27
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Mengacu pada data Kementerian Keuangan, kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebesar Rp 901,91 triliun per Rabu (23/1) lalu. Ini artinya, bertambah Rp 8,66 triliun sepanjang awal tahun ini. Sementara itu, di pasar saham, investor asing tercatat membukukan pembelian bersih (net foreign buy) sebesar Rp 11,1 triliun hingga Jumat (25/1) siang ini.

(Baca: Dirjen Pajak Optimistis Dana Repatriasi Tax Amnesty Tak Cepat Pergi)

Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra memperkirakan nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan setelah triwulan I. Prediksi dia, rupiah bisa menyentuh level 13.800 per dolar AS pada triwulan I 2019. Namun, rupiah secara perlahan akan bergerak ke arah 14.000 per dolar AS hingga mencapai Rp 14.600 per dolar AS.

Pelemahan terjadi seiring berlanjutnya kenaikan bunga acuan AS, meskipun tak seagresif tahun lalu. Pada tahun lalu, empat kali kenaikan bunga acuan AS memicu arus keluar dana asing yang cukup besar dari pasar keuangan domestik. Alhasil, rupiah tercatat sempat menembus Rp 15.200 per dolar AS pada Oktober tahun lalu, sebelum berangsur menguat.

(Baca: Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat)

Selain itu, proyeksi pelemahan rupiah juga dengan mempertimbangkan faktor domestik, yaitu defisit transaksi berjalan. Aldian memperkirakan defisit mencapai 2,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Adapun kondisi defisit menunjukkan bahwa pasokan dolar dari ekspor barang dan jasa tak mampu menutup kebutuhan dolar untuk impornya. Maka itu, ini bisa turut menekan nilai tukar rupiah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...