Sinyal Kenaikan Bunga AS Meredup, Rupiah Menguat Tajam ke Level 14.300

Rizky Alika
29 November 2018, 15:38
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Pada Rabu (28/11) waktu setempat, Powell bahkan sempat menganalogikan sikap The Fed dalam menentukan kebijakan bunga acuan layaknya sedang memasuki ruangan gelap dengan banyak furnitur.

“Apa yang akan Anda lakukan?” kata Powell. “Anda melangkah pelan-pelan. Anda mungkin akan berjalan tidak terlalu cepat. Anda merasakan langkah Anda. Di kondisi tidak pasti seperti ini, Anda berhati-hati. Saya pikir itu yang sedang kami lakukan.”

Setelah pernyataan tersebut, indeks di bursa saham AS menguat, dan diikuti penguatan sebagian besar indeks di bursa saham Asia, terutama indeks di negara berkembang. Sementara itu, indeks dolar AS masih kuat di kisaran 96, namun cenderung melemah.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan melambat. Perlambatan ekonomi di negara tersebut bakal mendorong The Fed meninjau kembali rencana kenaikan suku bunganya. Hal ini pun tercermin dari pernyataan Powell.

Pieter mengatakan, perkembangan ini telah memengaruhi keputusan investor di pasar saham dan obligasi. “Investor mulai mengalihkan pandangannya dari Amerika,” ujarnya. Hal ini tercermin dari derasnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan negara berkembang sehingga mendorong penguatan nilai tukar mata uang dalam beberapa pekan belakangan.

World Bank memproyeksikan ekonomi AS hanya akan tumbuh 2,5%, melambat dari tahun ini 3%. Menurut Pieter, perang dagang yang dikomandoi Presiden Donald Trump justru berdampak negatif terhadap perekonomian AS. Stok kedelai Negeri Paman Sam menumpuk sementara panen raya sudah di depan mata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...