Capai Rp 3.089 Triliun, Rasio Utang Pemerintah Naik Jadi 27 Persen

Yura Syahrul
8 Januari 2016, 17:36
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

(Baca: Target APBN 2015 Meleset, Defisit Anggaran Membengkak 2,8 Persen)

Dengan begitu, rasio total utang terhadap PDB per akhir 2015 mencapai 27 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan 2014 yang masih sebesar 24,7 persen. Rasio utang terhadap PDB tersebut merupakan yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. “Rasio utang terhadap PDB 2015 ini jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Keuangan Negara, yaitu sebesar 60 persen,” kata Pelaksana harian (Plh) Kepala Biro Kementerian Keuangan dalam siaran persnya, Jumat (8/1).

Ia menambahkan, pemerintah menjaga risiko utang tetap terkendali. Hal ini tecermin dari sejumlah indikator risiko utang. Rata-rata jatuh tempo utang cukup panjang yaitu 9,7 tahun. Porsi utang dalam mata uang rupiah secara konsisten meningkat menjadi 56,2 persen dari total utang, sehingga menurunkan risiko terhadap perubahan kurs. Selain itu, porsi utang dengan tingkat bunga tetap sebesar 86,2 persen dari total utang, sehingga relatif aman terhadap perubahan tingkat bunga global.

(Baca: Bank Dunia Peringatkan Ekonomi Negara Berkembang Hadapi Risiko Besar)

Sebelumnya, Bank Dunia dalam laporan terbarunya bertajuk “Global Economic Prospects” edisi Januari 2016, yang dirilis Rabu (6/1), memperingatkan risiko gejolak perekonomian global akibat perlambatan ekonomi Cina, rendahnya harga minyak dunia, dan ketidakstabilan kondisi geopolitik. Selain itu, negara-negara berkembang berpotensi menghadapi kenaikan biaya pinjaman lantaran kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. Penguatan dolar tersebut bisa memicu volatilitas di pasar keuangan.

“Secara khusus, negara dengan kebutuhan pinjaman besar dan tingginya tingkat utang berdenominasi dolar AS dapat terpengaruh kenaikan suku bunga AS,” kata Wakil Presiden dan Ekonom Utama Bank Dunia Kaushik Basu.

Namun, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, rasio utang 27 persen terhadap PDB ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Seperti Turki dan Afrika Selatan yang saat ini sudah di atas 50 persen. "Selama tidak ada gejolak, rasio di bawah 30 persen tergolong rendah. Asalkan utangnya digunakan efektif untuk mendorong ekonomi," katanya kepada Katadata. Dengan begitu, pemerintah masih punya ruang untuk menaikkan utang luar negeri.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...