Lifting Minyak Mulai Naik Bulan Ini

Safrezi Fitra
6 April 2015, 16:16
SKK MIgas
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA ? Lifting minyak mulai merangkak naik bulan ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak dari awal Januari 2015 sampai saat ini sebesar 766.920 barel per hari (bph).

Angka ini lebih tinggi da realisasi hingga pertengahan bulan lalu yang hanya 764.000 bph. Meski demikian, masih jauh lebih dibandingkan target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 sebesar 825.000 bph.

Kepala Bagian Humas SKK Migas Rudianto Rimbono mengatakan saat ini lifting minyak sudah sesuai target, yakni 825.000 bph. Dia juga yakin realisasi lifting akan bisa mengejar target pada Juli tahun ini. Keyakinan ini berdasarkan adanya tambahan produksi dari Blok Cepu sebesar 40.000 bph.

Belum lagi jika produksi blok tersebut mencapai puncak pada Oktober sampai Desember tahun ini. Saat mencapai puncak, produksi Blok Cepu akan mencapai 205.000 bph. Setelah mencapai puncaknya, produksi akan stabil di angka 165.000 bph.

Rudianto juga tidak terlalu mengkhawatirkan banyaknya Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang akan merevisi rencana kerja dan anggarannya (work plan and budgeting) tahun ini. Dia yakin revisi tersebut tidak akan berpengaruh besar terhadap realisasi lifting tahun ini.

"Diskusi hari ini mendukusikan seperti itu. Kemungkinan Kontraktor Kontrak Kerja Sama akan mengurangi biaya operasi investasi tapi jangan kurang produksi," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/4).

Menurut Direktur  Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin, revisi rencana bisnis tersebut akan mempengaruhi produksi migas. Perubahan angka produksi, pada akhirnya akan berpengaruh pada penerimaan sektor migas.

"Kemungkinan turun jika banyak pekerjaan yang ditunda. Total produksi turun, otomatis peneriman turun jika harga minyak rendah," kata dia kepada Katadata, Senin (6/4).

Rendahnya harga minyak dunia di kisaran US$ 50- US$ 55 per barel, membuat perusahaan migas berpikir ulang untuk melakukan kegiatan operasinya. Banyak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang mengurangi produksi dan menunda rencana ekspansinya pada tahun ini.

Reporter: Arnold Sirait
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...