Sisi Positif UU Cipta Kerja bagi Ekonomi RI di Mata Investor Asing

Agatha Olivia Victoria
9 Oktober 2020, 19:29
aliran modal asing, pasar keuangan, omnibus law cipta kerja, uu cipta kerja
123RF.com/Bakhtiar Zein
Ilustrasi. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia terpantau membaik yang ditunjukkan dengan penurunan premi credit default swap bertenor 5 tahun dari 111,7 pada akhir pekan lalu menjadi 96,06 per 8 Oktober.

"Omnibus law seharusnya bagus untuk penguatan rupiah karena mempermudah investasi. Bila demonstrasi berhasil di atasi, rupiah pekan depan akan bergerak menguat karena juga mengikuti sentimen positif global," katanya kepada Katadata.co.id. 

Sentimen global pada pekan depan, menurut dia, akan diwarnai oleh debat presiden AS. Ia memperkirakan rupiah pada pekan depan akan bergerak pada rentang Rp 14.600 hingga Rp 14.850 per dolar AS.  "Pasar kelihatannya akan positif jika Biden yang menang," katanya.

RUPIAH DIPREDIKSI LANJUTKAN PENGUATAN
RUPIAH DIPREDIKSI LANJUTKAN PENGUATAN (ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.)

Omnibus Law di Mata Pengelola Dana Asing

Meski disambut amarah oleh buruh, mahasiswa, dan beragam kelompok masyarakat, Omnibus Law Cipta Kerja diperkirakan oleh tiga perusahaan keuangan global, yakni Morgan Stanley, Bank Global JP Morgan, dan CGS-CIMB berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Dalam riset yang dirilis pada 6 Oktober, Morgan Stanley menilai omnibus law sebagai lanjutan reformasi struktural yang dilakukan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Reformasi struktural ini menghasilkan kebijakan moneter yang lebih kuat, inflasi stabil, penurunan struktural suku bunga, percepatan infrastruktur, dan fiskal yang disiplin.

"Omnibus Law Cipta Kerja akan melengkapi tarif pajak perusahaan pemotongan pajak yang disahkan awal tahun ini," kata Morgan Stanley.

Morgan Stanley juga menyebut omnibus law akan membawa tren pembalikan pada ekonomi Indonesia dari kontraksi pada tahun ini ke pertumbuhan yang jauh lebih baik pada tahun depan. Lembaga tersebut bahkan menyebut Indonesia berpotensi menjadi 'anak emas' di antara negara yang ekonominya akan pulih dengan cepat.

"Kami perkirakan omnibus law akan berdampak langsung pada sektor properti, kawasan industri;, teknologi, industri padat karya seperti tekstil dan tembakau, infrastruktur dan perbankan," katanya.

Head of Indonesia Research and Strategy JP Morgan Henry Wibowo meyakini UU Cipta Kerja memberikan perkembangan positif bagi Indonesia. IHSG yang diproyeksi tahun ini bertengger di level 5.250 diperkirakan akan segera terlampaui. Kendati demikian, kasus Covid-19 juga harus turun dan ekonomi yang saat ini dikunci secara parsial harus dibuka kembali.

"Sektor pasar modal yang bereaksi positif pada Omnibus Law adalah infrastruktur, properti, keuangan, dan komunikasi," kata Hanry dikutip dari riset yang diterbitkan 6 Oktober lalu.

Namun demikian, menurut Henry, efek positif Omnibus Law diwarnai oleh ketidakpastian jangka pendek dari aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja serta risiko klaster baru Covid-19 akibat demonstrasi tersebut. Revisi paket pesangon juga masih dianggap sangat tinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang bersaing dalam industri manufaktur.

"Subsidi pesangong selama 6 bulan juga akan membebani fiskal," katanya.

Analis CGS-CIMB Erwan Teguh mengatakan omnibus law sangat positif bagi dunia usaha, baik bagi pengusaha besar maupun kecil. Beleid yang baru disahkan di DPR awal pekan ini juga membuka kesempatan lebih besar bagi investasor asing. 

"Omnibus law akan mendorong kepercayaan bisnis di Indonesia dan mampu mendongkrak prospek investasi pada 2021 dan  tahun selanjutnya," katanya. 

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...