Industri Tetap Ekspansif, Menperin Optimis Ekonomi Kuartal II Positif

Cahya Puteri Abdi Rabbi
2 Juli 2021, 07:28
industri, pertumbuhan ekonomi, pmi manufaktur
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Pekerja memantau proses produksi tisu basah di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020).

Sejumlah industri pengolahan nonmigas di tanah air masih melakukan perluasan usaha. Hal ini tercermin dari capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Juni yang berada di level 53,5.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh IHS Markit tersebut, PMI di atas 50 menunjukkan geliat industri manufaktur yang ekspansif. “Artinya, masih ada gairah usaha di tengah dampak peningkatan kasus Covid-19,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Kamis (1/7).

Agus menegaskan, pihaknya proaktif mengingatkan kepada para pelaku industri untuk tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pelaksanaan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional harus berjalan beriringan, dengan kesehatan dan ekonomi yang sama-sama menjadi prioritas.

Agus pun tetap optimistis ekonomi nasional akan tumbuh positif pada kuartal II tahun ini. Keyakinan ini didasari oleh sejumlah indikator, termasuk dari kinerja sektor industri manufaktur.

“Dalam delapan bulan terakhir, PMI manufaktur Indonesia terus berada di atas angka 50. Artinya, masih berada dalam level ekspansif, bahkan agresif. Pertumbuhan industri diharapkan akan mencapai titik positif pada kuartal II tahun ini,” kata dia.

Kinerja gemilang sektor industri manufaktur di tanah air, misalnya terlihat pada nilai ekspor industri pengolahan yang tercatat mencapai US$ 66,70 miliar pada Januari-Mei 2021, naik 30,53% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar US$ 51,10 miliar.

Dari capaian US$ 66,70 miliar tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42% dari total ekspor nasional yang berada di angka US$ 83,99 miliar.

“Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer kepada produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi,” ujarnya.

Di samping itu, sepanjang triwulan I tahun 2021, nilai investasi yang direalisasikan industri pengolahan menembus Rp 88,3 triliun atau naik 38% dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 64 triliun.

Dari Rp 88,3 triliun tersebut, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2% terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp 219,7 triliun.

“Ini menandakan bahwa di tengah pandemi, Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investasi dengan besarnya pasar yang dimiliki, sumber daya yang melimpah, pertumbuhan ekonomi serta adanya dukungan regulasi dari pemerintah,” lanjut Agus.

Merujuk data IHS Markit, PMI manufaktur Indonesia bulan Juni ini masih lebih tinggi dibanding PMI manufaktur ASEAN yang berada di level 49,0.

PMI manufaktur Indonesia juga mengungguli PMI manufaktur Filipina (50,8), Thailand (49,5), Singapura (46,5), Vietnam (44,1), dan Malaysia (39,9). Bahkan, PMI manufaktur Indonesia di atas PMI manufaktur Tiongkok (51,3), Jepang (52,4), dan India (50,8).

Sama halnya pada bulan sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Simak databoks berikut:

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...