Hilirisasi Mineral Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Abdul Azis Said
14 April 2022, 16:30
kemenkeu, mineral, hilirisasi
PT Antam Tbk
Aktivitas peleburan nikel di pabrik feronikel PT Antam Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut sektor hilirisasi mineral bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru Indonesia ke depan. Sektor ini bahkan masih bisa tumbuh saat banyak sektor usaha terkontraksi selama dua tahun pandemi.

Kinerja moncer sektor hilirisasi mineral ini salah satunya terlihat dari ekspor besi dan baja yang semakin tinggi, termasuk di dalamnya pengolahan nikel. "Mungkin itu yang akan menjadi pembahasan sangat seru di beberapa tahun mendatang," kata Analis Kebijakan Ahli Pertama Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Johan Z. Kasim dalam diskusi secara daring, Kamis (14/4).

Johan mengatakan, nilai ekspor besi dan baja pada tahun 2021 sebesar US$ 21 miliar, naik 93% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor komoditas ini terus naik setidaknya sejak 2018.

Kontribusi besi dan baja dalam komposisi ekspor RI juga terus naik seiring kenaikan nilainya. Tahun lalu, kontribusinya sebesar 9% dari total nilai ekspor tahun lalu US$ 231,54 miliar. Sumbangsih dari ekspor besi dan baja ini naik dari tahun sebelumnya hanya 6,6%.

Selain itu, kinerja moncer dari sektor hilirisasi mineral juga terlihat pada indeks Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral untuk pertambangan bijih logam dan industri logam dasar yang terus meningkat. Bahkan pada tahun pertama pandemi 2022, indeks PDB tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kondisi normal 2019. 

Sedangkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat Indonesia memiliki 21 fasilitas pemurnian mineral atau smelter hingga 2021. Ada 2 smelter tambahan yang selesai pada tahun lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang dua tahun pandemi, terdapat beberapa sektor yang berhasil lolos dari pertumbuhan negatif. Sektor jasa kesehatan selama dua tahun pandemi bahkan bisa tumbuh dua digit dan lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2019 atau. Begitu juga sektor informasi dan komunikasi, berhasil tumbuh hingga 10,6% pada tahun pertama pandemi, meski mulai melambat ke 6,8% pada tahun lalu.

Sebaliknya, mayoritas sektor usaha memang berkontraksi pada tahun pertama pandemi dan mulai bangkit pada tahun 2021. Sektor transportasi dan pergudangan anjlok hingga 15,05% pada tahun 2020, begitu juga sektor akomodasi dan makan minum sebesar minus 10,26%. Tetapi kedua sektor usaha ini mulai bangkit tahun lalu masing-masing tumbuh 3,24% dan 3,89%.

"Ini memperlihatkan bahwa di tengah pandemi kemarin ada sektor-sektor yang memang terdampak cukup berat dan sebaliknya ada sektor-sektor yang masih bisa tumbuh dan bertahan di tengah krisis, artinya dampak pandemi berbeda antar sektor tergantung aktivitas masing-masing," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam diskusi pertengahan Februari lalu.

Sementara itu, Kemenkeu memperkirakan perekonomian RI tahun ini akan tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu di rentang 4,8% sampai 5,5%. Hal ini didorong utamanya oleh konsumsi masyarakat yang makin kuat, investasi swasta dan kinerja ekspor.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...