Rupiah Makin Melemah, Ini Dampak ke Ekonomi dan Utang Pemerintah

Abdul Azis Said
28 September 2022, 09:19
dolar AS, dolar amerika serikat
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Niai tukar rupiah telah melemah 6% sepanjang tahun ini.

Faisal menilai, dampak pelemahan rupiah akan lebih terasa pada pasar keuangan, terutama untuk pembayaran kupon/dividen/bunga terhadap investor asing karena dolar AS cenderung lebih mahal. "Dengan kata lain, ini memicu yield untuk naik, jadi ada tambahan beban di sini," ujarnya. 

Beban Utang Pemerintah

Kondisi serupa juga berlaku bagi beban pembayaran utang maupun pokok utang pemerintah. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan pihaknya akan  menempuh berbagai upaya untuk menjaga beban utang pemerintah tidak meningkat akibat pelemahan nilai tukar. 

Menurut Sri Muluani, ada tiga langkah yang dilakukan pemerintah menjaga beban utang. Salah satunya,  mengurangi exposure valuta asing  dalam komposisi utang pemerintah.

"Kami selama ini sudah sangat mengurang exposure valas, utang valas kita yang tadinya ada di atas 40% sekarang di 28%," kata Sri Mulyani kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Selasa (27/9).

Kementerian Keuangan juga mendorong peningkatan komposisi utang berbentuk rupiah dari dalam negeri seiring berkurangnya porsi asing. Salah satu yang dilakukan dengan penerbitan SBN ritel yang menyasar investor individu di dalam negeri.

Selain itu, pemerintah juga mengelola maturitas atau jatuh tempo dari utang untuk meminimalisir risiko. Hal ini dilakukan melalui liability management. 

Direktorat jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada pekan lalu telah melakukan liability management dengan cara menukar alias switch tender dan pembelian kembali dengan pembayaran tunai alias cash tender.

Penukaran dan pembelian kembali surat utang dilakukan pada 20 September untuk enam seri global bond dengan masa jatuh tempo satu hingga enam tahun. Melalui skema ini, investor dapat memilih untuk menukarkan obligasi yang dimiliki dengan global bond baru yang diterbitkan pemerintah atau menukar dengan pembayaran tunai. Dari penawaran minggu lalu itu, pemerintah berhasil melakukan penukaran  sebesar US$ 263,7 juta dan pembayaran tunai sebesar US$ 61,5 juta.

Transaksi penukaran dan pembelian kembali global bond  pada pekan lalu merupakan yang kedua kalinya tahun ini setelah bulan Maret lalu. Melalui manajemen liabilitas ini, pemerintah bisa memperpanjang profil maturitas instrumen global bond serta menghemat biaya utang dan penurunan beban bunga.

"Kami bisa menghemat kalau tidak salah hingga Rp 1 triliun melalui liability management," kata Sri Mulyani

Upaya lain yang dilakukan pemerintah menjaga beban utang dengan menawarkan surat utang dengan suku bunga lebih rendah. Dalam transaksi liability management pekan lalu, Kementerian Keuangan juga menerbitkan  global bond sebesar US$ 2,65 miliar dalam tiga seri.

Dalam keterangan DJPPR, pemerintah berhasil menekan harga (tranche tightening) di ketiga seri tersebut. Yield dari global bond tenor 30 tahun sebesar 5,55% atau turun 45% dari initial price guidance (IPG) sebesar 6%. Tenor 10 tahun dan lima tahun berhasil diturunkan masing-masing sebesar 35 dan 30 bps.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...