Ekonom BRI: Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

Shabrina Paramacitra
Oleh Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
11 Mei 2023, 20:17
Indonesia dinilai mampu melewati risiko resesi dengan bertumpu pada permintaan domestik.
BRI
Chief Economist BRI cum Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata

“Melihat kondisi AS yang semakin sulit dan bangkrutnya tiga bank di AS, saya kira kita harus bijak menyikapinya. Kita harus siap dengan kemungkinan terburuk AS akan jatuh terjerembap dalam resesi ekonomi, yang mungkin akan diikuti oleh Eropa, bahkan ada kemungkinan resesinya lebih cepat dibandingkan AS,” papar Anton.

Pada saat negara maju mengalami resesi, imbuhnya, maka akan sulit bagi negara berkembang untuk terhindar dari resesi ekonomi global.

Kendati demikian, Anton mengimbau masyarakat agar tidak panik. Sebab, Indonesia telah mampu bertahan dalam krisis ekonomi dan finansial global tahun 2008 silam. Saat itu, Indonesia hanya mengalami perlambatan ekonomi, namun tidak terseret ke dalam jurang resesi. Perekonomian Indonesia masih tumbuh positif sebesar 4,6 persen (YoY) pada 2009.

Kala itu, efek krisis ekonomi yang ditandai kebangkrutan Lehman Brothers jauh lebih besar dari kolapsnya SVB, Signature Bank, dan First Republic Bank tahun ini.

Lalu, indikator persepsi risiko yang diwakili oleh credit default swap dari lima bank besar di AS (Bank of America, Citi Group, JP Morgan, Wells Fargo, dan Morgan Stanley) melonjak dengan lebih signifikan saat Lehman Brothers kolaps.

Artinya, kekhawatiran global saat kolapsnya Lehman Brothers pada 2008 jauh lebih tinggi dibanding kejatuhan SVB, Signature Bank, dan First Republic Bank.

“Fakta-fakta tersebut telah membuka nalar sehat kita, bahwa jika AS mengalami resesi tahun 2023, dampak negatifnya kemungkinan besar tidak akan separah krisis ekonomi global 2008. Indonesia akan jauh dari episentrum resesi ekonomi global 2023,” ungkap Anton. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih sehat dan kuat dibanding kondisi 15 tahun lalu.

Anton melanjutkan, keyakinan itu diperkuat dengan perhitungan yang dilakukan BRI pada Juli 2022. Bahwa, jika AS mengalami resesi ekonomi tahun ini, maka probabilitas Indonesia mengalami resesi ekonomi hanya 2 persen.

Selanjutnya, Anton menyatakan agar konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian terus ditingkatkan. Di sisi lain, pemerintah harus mampu menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah dan menggerakkan perekonomian daerah melalui stimulus fiskal, seperti pemberian bantuan sosial, Perlinsos, Dana Desa, dan lain-lain.

Ia membeberkan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus diberdayakan dan dikuatkan dari sisi pembiayaan, di antaranya melalui skema Kredit Usaha Rakyat yang tepat sasaran dan subsidi bunga yang efektif. “Pada saat UMKM kuat maka Indonesia akan kuat menghadapi badai resesi ekonomi global,” pungkas Anton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...