Fakta Lesunya Ekonomi Cina: Deflasi hingga Perang Diskon Makanan

Agustiyanti
11 Agustus 2023, 12:28
cina, ekonomi cina
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/WSJ/cf
Ilustrasi. Ekonomi Cina tidak tumbuh secepat yang diharapkan pasar setelah pembatasan Covid-19 dibuka.

Tidak seperti di negara-negara Barat, orang Cina sebagian besar dibiarkan mengurus diri sendiri secara finansial selama pandemi. Sementara dukungan pemerintah diarahkan terutama ke sektor manufaktur. Adapun begitu pembatasan dicabut, tidak ada pembelian langsung dari konsumen seperti yang diprediksi oleh beberapa ekonom.

Dengan upah dan uang pensiun yang hampir tidak berubah disertai pasar kerja sangat tidak pasti, selera belanja  masyarakat terbatas. Kepercayaan masyarakat pun rendah seiring ekonomi yang hampir tidak tumbuh.

"Strategi diskon, menawarkan konsumen pilihan yang lebih hemat, cocok dengan situasi ekonomi saat ini," kata Zhu Danpeng, seorang analis makanan dan minuman dan wakil kepala Aliansi Promosi Keamanan Pangan Provinsi Guangdong.

Outlet pusat Nanchengxiang penuh sesak pada hari Kamis (10/8), seperti yang terjadi setiap pagi sejak promo makanan 3 yuan diluncurkan pada Mei. Perusahaan tidak menanggapi pertanyaan Reuters tentang margin keuntungan dan strategi bisnis mereka.

Xishaoye, waralaba burger yang berbasis di Beijing, juga mengiklankan harga yang lebih rendah. Staf mereka mengatakan beberapa barang akan semurah 10 yuan atau setara Rp 21 ribu. Yum China (9987.HK), operator KFC di negara tersebut, memikat pelanggan dengan menu burger, makanan ringan, dan minuman seharga 19,9 yuan atau setara Rp 21 ribu. 

"Lalu lintas kembali, tetapi pengeluaran per orang turun," kata Joey Wat, kepala eksekutif Yum, kepada Reuters. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...