Penyumbang Migran Terbanyak, RI Masih Dilanda Isu Perdagangan Manusia
“Kasus perdagangan orang dan penipuan daring menempati urutan teratas. Persoalan tersebut menunjukkan adanya kesenjangan tata kelola migrasi,” ujar Amalia.
Selain itu, Amalia juga mengungkapkan, bahwa migran internasional dari Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai isu lain. Seperti upah rendah dan kondisi kerja yang buruk.
Pada tahun 2021, migran Indonesia di Malaysia, terutama di sektor konstruksi, rata-rata hanya mendapatkan upah bulanan sekitar RM1 200 hingga RM1 500, atau jauh di bawah standar upah minimum Malaysia yang lebih tinggi.
“Survei oleh International Labor Organization (ILO) menunjukkan bahwa beberapa migran Indonesia di sektor konstruksi Malaysia bekerja hingga 12 jam sehari dengan hanya satu hari libur seminggu,” ujar Amalia.
Selain itu, migran juga dihadapkan dengan permasalahan izin dan legalitas. Pada tahun 2020, hanya sekitar 21% dari total pekerja migran di Singapura memiliki perizinan kerja yang sah. Migran yang bekerja tanpa izin resmi berisiko memiliki status imigrasi yang tidak jelas.
Isu lainnya yang dialami migran adalah beberapa migran Indonesia di negara tujuan menghadapi kendala dalam mengakses sistem hukum karena bahasa yang berbeda dan kompleksitas birokrasi.