Bank Indonesia Serap SBN Rp 8,8 Triliun untuk Stabilkan Rupiah
Misalnya saja, perkembangan harga inflasi yang sangat dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dan pemberitaan. Bisa saja permintaan dan penawaran terkendali tapi bisa terpengaruh dengan adanya pemberitaan.
Perry mencontohkan, jelang hari keagamaan besar nasional seperti Idulfitri dapat memengaruhi kenaikan harga di pasaran.
“Begitu juga nilai tukar, secara fundamental mestinya menguat, buktinya fundamentalnya, karena neraca perdagangan kita surplus terus, supply nya banyak. Surplus perdagangan berarti hasil ekspor dan permintaan valas untuk impor kan lebih banyak valas dari ekspor, karena surplus perdagangan,” ujarnya.
Penguatan Rupiah Terjadi di Semester II 2024
Maka dari itu, Perry memperkirakan penguatan rupiah akan terjadi di semester kedua tahun ini, bukan dalam jangka waktu dekat. Karena terdapat faktor-faktor pemberitaan yang memengaruhi pergerakan nilai tukar di seluruh dunia.
Sebagai contoh, dalam dua minggu terakhir terdapat banyak pemberitaan pasar memprediksi suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve Fed Fund Rate (FFR) akan turun.
Bahkan ada pihak yang mengatakan akan turun di kuartal pertama atau kedua, tapi ternyata data-data terakhir FFR FOMC berbeda. Perry minta untuk semua bersabar dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga.
“Kita monitor minggu ini, nanti statement nya kaya apa. Ini faktor berita yang membawa [rupiah] tempo hari melemah, menguat lagi. Tempo hari indeks dolar sudah turun dari 103 ke 102, naik lagi ke 103 malah di atas 103,” ujar Perry.