Konsumsi Rumah Tangga Melambat di 2023, Ini Penyebabnya

 Zahwa Madjid
6 Februari 2024, 17:42
Konsumsi rumah tangga
ANTARA FOTO/Cahya Sari/sgd/foc.
Warga melintas di samping rak berisi minuman berpemanis di salah satu toko retail, Jakarta, Kamis (14/12/2023). Hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan 58 persen dari 800 responden mendukung wacana pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) untuk mengontrol pola konsumsi dan mencegah prevalensi diabetes pada anak yang meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010.

Meski persentase pekerja sektor pertambangan relatif sedikit, penurunan upah pada sektor ini perlu diperhatikan, mengingat posisinya sebagai tiga besar sektor dengan gaji tertinggi di Indonesia.

Selaras dengan hal tersebut, sektor jasa keuangan, asuransi dan sektor informasi dan komunikasi juga mengalami penurunan rata-rata upah riil masing-masing sebesar 4% dan 8%

“Berkontraksinya pertumbuhan upah ketiga sektor ini perlu diwaspadai mengingat kelompok menengah atas adalah penggerak utama konsumsi swasta, dimana 60% penduduk berpengeluaran sedang dan tinggi berkontribusi terhadap 81,94% konsumsi masyarakat,” ujarnya.

Tren Konsumsi Rumah Tangga 2024

Teuku memperkirakan, tren konsumsi rumah tangga akan meningkat pada tahun 2024. Pertumbuhan konsumsi didorong oleh Pemilu dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti kampanye.

“Banyak aktivitas yang dilakukan yang mampu mendorong perputaran uang, yang diharapkan konsumsi akan lebih tinggi lagi, ditambah ini pemilu pertama dilakukan serentak di level nasional dan kabupaten serta kota dampak multiplier akan cukup besar untuk peningkatan,” ujarnya.

Sementara Yusuf memperkirakan, konsumsi rumah tangga akan relatif stabil namun cenderung melemah secara marginal. Efek pendapatan rumah tangga dari kenaikan harga komoditas pada 2022 dan awal tahun 2023 diperkirakan akan hilang pada tahun depan.

“Konsumsi barang-barang tahan lama yang mengandalkan kredit, seperti kendaraan dan properti, juga akan sedikit tertekan oleh dampak pengetatan moneter Bank Indonesia (BI) pada kuartal terakhir tahun ini,” ujarnya.

Selain itu, dampak insentif fiskal pemerintah dan peningkatan anggaran bantuan sosial akan sedikit menyumbang pertumbuhan konsumsi.

Sementara itu, Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda menilai bantuan sosial (bansos) dapat menjaga daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah.

“Mereka sangat terhimpit dengan kenaikan harga barang secara umum, namun pendapatan tidak meningkat. Bansos menjadi penyelamat bagi mereka,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...