7 Dampak Buruk Konflik Iran - Israel Terhadap Ekonomi RI

Ferrika Lukmana Sari
19 April 2024, 02:38
Israel
Bank Dunia

4. Inflasi Meningkat

Dari sisi inflasi, Yusuf memperkirakan, harga barang dan jasa akan naik karena pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM di dalam negeri. Seperti diketahui, BBM termasuk dalam indikator inflasi.

“Ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga untuk merespon perubahan harga minyak imbas dari konflik geopolitik ini, maka inflasi juga mengalami perubahan,” ujarnya.

Senada, Bhima pun menilai konflik ini dapat menimbulkan dorongan lonjakan inflasi karena kenaikan harga energi akan menurunkan daya beli masyarakat.

“Rantai pasok global yang terganggu akibat perang, membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen,” ujarnya.

5. Suku Bunga Tetap Tinggi

Bhima juga memperkirakan, dampak konflik ini membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama, bahkan berpotensi naik. Akibatnya, bunga kredit yang dikenakan kepada konsumen makin mahal.

“Bagi masyarakat yang mau membeli kendaraan bermotor hingga rumah lewat skema kredit, siap-siap bunganya akan lebih mahal,” ujarnya.

Dengan suku bunga tinggi, menurut Yusuf, perlu ada intervensi untuk memastikan nilai tukar rupiah tidak terjebak depresiasi atau pelemahan lebih dalam lagi.

"Bank Indonesia perlu melakukan intervensi yang sifatnya langsung di pasar keuangan maupun kebijakan suku bunga, untuk menstabilkan nilai tukar rupiah," katanya.

6. Cadangan Devisa Turun

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pelemahan cadangan devisa akan berlangsung sampai kuartal II 2024 karena masih tingginya ketidakpastian global dan kebutuhan impor dalam mengendalikan inflasi.

"Penurunan cadangan devisa [terjadi] karena masih tingginya ketidakpastian global terutama terkait ekonomi AS dan arah suku bunga The Fed, serta terdapat kebutuhan dividen dan pembayaran kupon ke investor asing (non-resident)," kata Josua dikutip dari Antara, Jumat (19/4).

Selain itu, penurunan cadangan devisa juga berpotensi terjadi karena ada kebutuhan untuk pembayaran pokok utang luar negeri (ULN). Penurunan cadangan devisa bahkan sudah terasa sejak awal tahun.

Bank Indonesia mencatat, cadangan devisa Indonesia turun dari US$ 144,0 miliar pada Februari 2024 menjadi US$ 140,4 miliar pada Maret 2024. Penurunan itu dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

7. Terjadi Defisit Fiskal

Ekonom Mari Elka Pangestu mengingatkan pemerintahan era Jokowi dan Prabowo untuk memperhatikan dengan seksama dampak dari konflik Iran - Israel, terutama potensi defisit fiskal yang makin melebar.

Mengingat, konflik kedua negara itu akan berimbas pada pasokan serta harga minyak dunia. Jika harga minyak naik, maka harga barang dan jasa di dalam negeri juga ikut terkerek.

"Harga minyak di luar, terkait dengan kenaikan inflasi dan harga produk, tentu masalahnya kepada anggaran dan fiskal. Defisit anggaran dan fiskal terjadi, kalau harga naik, tentunya subsidi BBM naik, kecuali harga BBM mau dinaikkan," kata Mari dikutip dari Antara, Jumat (19/4).

Jika terjadi inflasi, kata Mari, pemerintahan Prabowo yang resmi dilantik pada Oktober nanti, akan hadapi ketidakpastian fiskal akibat kenaikan harga minyak dan subsidi BBM. "Satu hal yang perlu dilakukan, dengan mengurangi subsidi BBM, ini harus dipertimbangkan,” kata dia.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...