Kemenkeu Antisipasi Dampak Pelemahan Rupiah pada Neraca Perdagangan RI

 Zahwa Madjid
24 April 2024, 15:35
rupiah
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU
Warga menerima uang rupiah baru yang ditukarkan pada mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Pramuka, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bank Indonesia (BI) menyiapkan 4.713 titik penukaran uang rupiah baru layak edar, untuk periode Ramadan dan Lebaran tahun 2024 yang juga menggandeng 16 bank untuk bekerja sama, dalam upaya memberikan layanan penukaran uang tunai.
Button AI Summarize

Kementerian Keuangan terus memantau pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah berada di level Rp 16.155 per dolar AS.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, pihaknya terus mengantisipasi dampak pelemahan rupiah terhadap defisit neraca perdagangan.

“Kita antisipasi [pelemahan rupiah], ini harusnya kita bisa bekerja sama antara fiskal dan moneter, sehingga bisa sinergi dengan baik,” ujar Febrio di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (24/4).

Febrio mengatakan, masih terlalu dini untuk menakar potensi pelebaran defisit APBN akibat pelemahan dolar. Ia menekankan bahwa Kementerian Keuangan mampu mengelola risiko dengan baik.

“Ini masih terlalu early. Ini kan masih bulan April. Nanti kita kelola dengan baik. Bisa dikelola risikonya dengan baik,” ujarnya.

Surplus Neraca Perdagangan pada Maret 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,47 miliar atau setara Rp 72,51 triliun (kurs: Rp 16.222 per dolar AS) pada Maret 2024. Ini merupakan surplus neraca perdagangan selama 47 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus ini terjadi karena realisasi ekspor pada maret 2024 mencapai US$ 22,43 miliar atau naik 16,904% dibandingkan Februari 2024 dan nilai impor mencapai US$ 17,96 miliar atau mengalami penurunan 2,60% dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun secara komulatif, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Maret 2024 mencapai US$ 7,31 miliar atau turun US$ 4,80 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 12,11 miliar.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, surplus neraca perdagangan ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$ 6,51 miliar. Beberapa komoditas penyumbang surplus antara lain, bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta komoditas besi dan baja.

"Surplus neraca perdagangan non migas lebih besar dibandingkan bulan lalu, dan bulan Maret pada tahun lalu," ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/4).

Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas justru mengalami defisit sebesar US$ 2,04 miliar. Defisit ini disumbang oleh komoditas hasil minyak maupun minyak mentah.

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...