Jurus BI Perkuat Rupiah: Intervensi Pasar Valas hingga Operasi Moneter

Ferrika Lukmana Sari
21 Juni 2024, 04:33
rupiah
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (tengah) dan Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono bersiap memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (20/6/2024). Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 7 persen.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat nilai tukar rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut strategi tersebut dengan mendorong optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).

"Kemudian melakukan intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder," Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Juni 2024 di Jakarta, Kamis (20/6).

BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023.

Perry menilai stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan BI. Sehingga, stabilitas rupiah ke depan akan didukung oleh aliran masuk modal asing, imbal hasil yang menarik, inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah," kata Perry.

Waspadai Suku Bunga The Fed

Perry memperkirakan tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat, didukung faktor fundamental ekonomi Indonesia.

“Jangan ditanya hari per hari, tapi ini trennya akan menguat. Inflasi kita rendah, growth bagus, kreditnya bagus,” kata Perry usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis petang (20/6).

Faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah adalah inflasi rendah yakni 2,8%, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan 5,1%, serta pertumbuhan kredit sebesar 12%.

Namun, Perry memperingatkan adanya faktor sentimen jangka pendek yang bisa menyebabkan rupiah melemah, di antaranya kondisi geopolitik global dan sikap bank sentral AS atau The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.

Di dalam negeri, Indonesia juga sedang menghadapi sentimen domestik dengan kenaikan permintaan pembiayaan dari korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang.

“[Meskipun] fundamentalnya ke depan rupiah akan menguat, tetapi gerakan dari bulan ke bulan akan tergantung pada sentimen-sentimen ini,” ujar Perry.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara lain, kata dia, pelemahan rupiah masih lebih baik. Sejak Desember 2023 hingga pertengahan Juni ini, rupiah melemah 5,92% terhadap dolar AS.

Sementara won Korea melemah 6,78%, baht Thailand melemah 6,92%, peso Meksiko melemah 7,89%, real Brazil melemah 10,63%, dan yen Jepang melemah 10,78%. “Jadi pelemahan rupiah itu relatif masih lebih baik. Dan kami yakin ke depan akan menguat, fundamentalnya akan mengarah ke sana,” ujar Perry.

Pada Kamis pagi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta turun 18 poin atau 0,11% menjadi Rp 16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 16.365 per dolar AS.

Salah satu penyebabnya adalah kebijakan The Fed yang tidak menurunkan suku bunga hingga dipengaruhi tensi geopolitik dunia. Pada Kamis pukul 14.46 WIB, nilai tukar rupiah kembali melemah Rp 16.425 per dolar AS.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...