Rupiah Menguat Rp 16.321 per Dolar AS Karena Data Manufaktur AS Turun
Nilai tukar rupiah diperkirakan bakal melanjutkan penguatan karena didorong pelemahan Purchasing Manager's index (PMI) atau data manufaktur Amerika Serikat (AS) serta penurunan inflasi di Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada pagi ini menguat Rp 16.321 per dolar AS pada perdagangan 08.50 WIB. Nilai ini menguat 54.00 poin atau 0,33%.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat peluang penguatan rupiah ke arah Rp 16.250 - Rp 16.390 per dolar AS karena data PMI AS lebih rendah dari ekspektasi pada bulan Juni 2024
"Inflasi Indonesia juga makin mendekati target tengah Bank Indonesia dan didukung oleh imbal hasil surat utang negara (SUN) dengan tenor 10 tahun yang membesar," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Selasa (2/7).
Selain itu, ada kekhawatiran atas potensi fiskal AS yang disinggung oleh calon presiden AS Donald Trump dan Joe Biden. Kondisi ini justru memberi peluang penguatan rupiah.
Fikri berharap kondisi ini dapat mendorong minat asing untuk berinvestasi dan menaruh uangnya di Indonesia. Karena hal ini akan memberi sentimen positif ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat peluang penguatan rupiah di kisaran Rp 16.280 - Rp 16.300, dengan posisi resisten di kisaran Rp 16.350 per dolar AS.
Penguatan ini didorong oleh data PMI manufaktur AS yang dirilis lebih buruk dari perkiraan pasar dan masih mengalami kontraksi. Ini bisa memberikan sentimen negatif untuk dolar AS karena memberi peluang pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.
"Dari dalam negeri dilaporkan data inflasi di Indonesia masih di kisaran target bank Indonesia, bahkan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya 2,51% versus 2,84%," kata Ariston
Namun pelaku pasar masih mewaspadai tekanan yang bisa terjadi karena pekan ini masih banyak data penting AS akan dirilis seperti data tenaga kerja versi pemerintah yaitu United States Non Farm Payrolls.
Selain itu, pergerakan rupiah juga dipengaruhi pidato atau pernyataan dari pejabat The Fed pada nanti malam serta notulen rapat The Fed yang akan dirilis pada Kamis dini hari.
"Pasar tentunya akan memantau apakah agenda-agenda tersebut akan condong mendukung pemangkasan suku bunga acuan AS atau tidak," ujarnya.
Berbeda dengan dua analis lain, Analis Mata Uang Lukman Leong justru melihat peluang pelemahan rupiah ke Rp 16.300 - Rp 16.450 per dolar AS karena ada potensi hawkis atau pengetatan suku bunga The Fed.
"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat dan imbal hasil obligasi AS yg naik, investor mengantisipasi pidato hawkish Kepala The Fed Powell malam ini," kata dia.