Sri Mulyani Prediksi Subsidi Energi Bengkak Karena Pelemahan Rupiah

Rahayu Subekti
8 Juli 2024, 18:11
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan), Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Wamenkeu Suahasil Nazara (belakang) sebelum rapat kerja di kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (4/7/2024). Rapat tersebut beragendakan penyampaian dan pengesahan laporan Panja-Panja Badan Anggaran DPR RI dalam rangka pembahasan pembicaraan pendahuluan RAPEN Tahun Anggaran 2025 serta rencana kerja pemerintah (RKP) Tahun 2025.
Button AI Summarize

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan realisasi subsidi energi akan naik pada tahun ini. Hal tersebut dikarenakan sejumlah faktor yang berkaitan dengan perubahan kondisi global.

Dua komponen yang membentuk subsidi energi adalah nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Komponen kurs menjadi perhatian karena rupiah terus melemah dalam beberapa bulan terakhir.

"Belanja dari subsidi dan kompensasi diperkirakan juga akan mengalami kenaikan karena adanya faktor volume, kurs, dan harga," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR di Jakarta, Senin (8/7).

Dia menjelaskan, saat ini terjadi beberapa parameter perubahan dari harga minyak dunia. Begitu juga dengan perubahan lifting minyak dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).

Saat ini, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan tarif bahan bakar minyak (BBM) meskipun harga minyak dunia dan dolar AS naik. Hal tersebut menyebabkan APBN harus menanggung selisih harga kepada PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

Dalam paparannya, Sri Mulyani mengungkapkan realisasi volume penyaluran BBM subsidi mencapai 7,16 juta kilo liter (kl) pada semester I 2024. Angka tersebut turun 0,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara realisasi subsidi LPG 3 kilogram (kg) dan listrik bersubsidi mengalami peningkatan. Realisasi subsidi LPG 3 kilogram naik 1,4% menjadi 3.3658 juta kg dan listrik bersubsidi naik 3,4% menajdi 40,6 juta pelanggan.

Kenaikan Subsidi di Semester II 2024

Sri Mulyani memperkirakan kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi energi akibat sejumlah faktor tersebut, bakal terjadi pada semester kedua tahun 2024. 

"Untuk subsidi dan kompensasi energi, fluktuasi harga ICP, depresiasi nilai tukar, serta kenaikan volume LPG dan listrik bersubsidi diperkirakan akan tercermin pada semester II 2024," kata Sri Mulyani.

ICP adalah harga jual minyak mentah di Indonesia. ICP mejadi parameter dalam menentukan penerimaan negara dari migas, acuan harga, perhitungan biaya dan dasar perhitungan harga LNG pada beberapa kotrak penjualan.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...