Sri Mulyani: Setoran Bea Keluar Naik 58,1% Berkat Kontribusi Amman dan Freeport

Ferrika Lukmana Sari
16 Agustus 2024, 05:15
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/tom.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemaparan saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Jakarta, Selasa (13/8/2024). Menteri Keuangan mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Juli 2024.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan penerimaan bea keluar naik 58,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 9,3 triliun per Juli 2024. Kenaikan bea keluar tersebut berkat kontribusi dari Amman dan Freeport.

Hal ini didorong kenaikan signifikan bea keluar tembaga tumbuh sebesar 928% yoy dengan kontribusi dari total bea cukai mencapai 76,5% pada Juli 2025. Hal ini dipengaruhi relaksasi ekspor komoditas tembaga.

"Mereka diperbolehkan untuk ekspor tapi mereka harus menyelesaikan smelter dengan harus membayar bea keluar yang lebih tinggi. Ini menyebabkan penerimaan kita tinggi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (13/8).

Dengan ketentuan itu, pemerintah memaksa Amman hingga Freeport untuk melakukan hilirisasi. "Mereka sudah melakukan, namun belum selesai, namun mereka harusnya waktu itu sudah ada deadline-nya,” kata Bendahara Negara itu.

Diketahui, Amman merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas yang beroperasi di Pulau Sumbawa. Sedangkan Freeport adalah perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang fokus pada pertambangan tembaga, emas dan perak di daratan tinggi Tembagapura, Mimika dan Papua Tengah.

Bea Keluar dan Bea Masuk

Sebaliknya, bea keluar produk sawit justru anjlok 60% yoy dipengaruhi penurunan rata-rata harga minyak kelapa sawit (CPO) 2024 sebesar 5,91% yoy. Penurunan volume ekspor produk sawit mencapai 15,48% yoy dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton.

Sementara penerimaan bea masuk mencapai Rp 29 triliun atau naik 2,1% yoy, yang didorong penguatan kurs dolar Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan nilai impor.

Kenaikan juga terjadi di sektor cukai mencapai 0,5% menjadi Rp 116,1 triliun pada Juli 2024. Kenaikan ini didorong oleh produksi utama hasil tembakau (HT) Gol II dan III.

"Cukai sedikit positif sesudah mengalami pertumbuhan negatif, karena kita memang menaikkan bea cukai untuk mendukung penurunan produksi rokok, tapi kita lihat ada kenaikan 111,3 triliun. Itu yang kita kumpulkan tumbuh 0,1%. Tapi yang naik golongan II dan gol III," kata Sri Mulyani.

Ia merinci, untuk cukai harga tembakau mencapai Rp111,3 triliun, naik tipis 0,1% yoy dipengaruhi kenaikan produksi utamanya golongan II dan III. Lalu cukai Etil Alkohol (EA) mencapai Rp 80,4 miliar, atau naik 21,8% sejalan dengan kenaikan produksi.

Kemudian penerimaan cukai minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) mencapai Rp 4,6 triliun atau naik 10,6% yoy pada Juli 2024. Kenaikan ini didorong tarif dan produksi MMEA dalam negeri, serta relaksasi penundaan pelunasan pita cukai.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari, Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...