Luhut: Harga BBM Harus Naik Sebab Harga Minyak Dunia Masih Tinggi

Muhamad Fajar Riyandanu
30 Agustus 2022, 13:03
harga bbm, harga minyak, subsidi bbm, bbm
ANTARA FOTO/Budi Prasetiyo/wsj.
Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pramuka, Jakarta, Rabu (29/6/2022).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan harga minyak mentah dunia masih tetap tinggi sejalan dengan konflik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung padam. Konflik kedua negara pecahan Uni Soviet itu berdampak pada krisis pangan dan energi global, termasuk Indonesia.

Luhut menambahkan, kondisi krisis energi dan pangan global diperparah dengan langkah Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang bakal mengurangi cadangan minyak mentah mereka sebanyak 3 juta barel.

"Harga minyak ini pun akan masih berfluktuasi di atas US$ 100 per barel. Seluruh dunia akan mengalami dan itu berat buat kita. Harga crude oil itu masih bisa naik ke depan," kata Luhut dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah pada Selasa (30/8).

Pada Selasa siang, harga minyak mentah global masih berada di atas US$ 95 per barel. Minyak mentah jenis west texas intermediate (WTI) berada di level US$ 96,66 per barel. Sementara minyak mentah Brent bertengger di harga US$ 104,22 per barel.

Meski harga minyak dunia sempat merosot, lanjut Luhut, tingginya harga minyak mentah dunia mendorong selisih atau disparitas antara harga keekonomian dengan harga jual eceran BBM bersubsidi Pertalite dan Solar.

"Ini memang gak ada pilihan, di seluruh dunia seperti ini. Sekarang ini sudah subsidi energi Rp 502 triliun. Subsidi ini bisa dikurangi dan dialihkan kepada kegiatan lain, itu akan lebih bagus. Pemerintah telah menyiapkan antisipasi kalau ada kenaikan harga BBM. Semua jalan dan dananya ada," kata Luhut.

Luhut menyampaikan, pemerintah sudah mengkaji dampak ikutan pada setiap simulasi kenaikkan harga Pertalite dan Solar sebesar Rp 500 per liter.

Kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai dapat menyebabkan kenaikan biaya logistik pengangkutan barang yang berpotensi pada naiknya inflasi inti hingga volatile food pada semester II 2022. Luhut menekankan, kelancaran distribusi volatile food berperan besar dalam menjaga stabilitas harga.

"Soal logistik dan barang terutama akibat kenaikan harga Solar menjadi perhatian. Presiden sudah memberikan arahan bahwa semua yang bisa kita gunakan untuk membantu kelancaran angkutan. Ini adalah masalah dunia dan terjadi di Indonesia," jelas Luhut.

Dalam paparannya, Luhut mengatakan pemerintah telah menyiapkan sejumlah bantalan sosial untuk antisipasi kenaikan harga BBM berupa bantuan langsung tunai sejumlah Rp 12,4 triliun untuk 20,65 juta keluarga penerima manfaat.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...