RI Fokus Olah Nikel Kadar Rendah, Hasil WTO Tak Ganggu Proyek Baterai

Muhamad Fajar Riyandanu
27 September 2022, 17:22
nikel, wto, ekspor nikel, larangan ekspor nikel, baterai kendaraan listrik
PT Antam TBK
Hasil olahan nikel.

Vale Indonesia meyakini hasil gugatan yang dilayangkan Uni Eropa di forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel tak akan berdampak pada pengembangan industri baterai kendaraan listrik, sekalipun Indonesia kalah dalam gugatan tersebut.

Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy, menjelaskan bahwa proyek hilirisasi nikel di Indonesia fokus pada pengolahan bijih nikel kadar rendah seperti bijih nikel jenis Limonit. Tipe bijih nikel ini yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku produk baterai kendaraan listrik.

Karena memiliki nilai kadar rendah, harganya pun lebih rendah dari jenis bijih nikel yang kadarnya lebih tinggi. Jika nantinya Indonesia kalah dan harus membuka keran ekspor nikel, Febri meyakini produsen tak akan tertarik untuk mengekspor nikel Limonit karena biaya angkut yang lebih besar daripada biaya produksinya.

"Karena kadarnya rendah maka nilai jualnya rendah daripada yang kadarnya tinggi sehingga untuk biaya angkut dari Limonit ini tidak bisa tinggi-tinggi kan, kalau jaraknya terlalu jauh maka biaya angkutnya tidak masuk ke dalam biaya produksinya," kata Febri saat ditemui usai RDP dengan Komisi IV DPR, Selasa (27/9).

Oleh sebab itu, Febri menilai, saat ini praktik pembuatan baterai kendaraan listrik kerap kali berdekatan dengan tambang nikel maupun pabrik pengolahan atau smelter nikel. Lokasi yang berdekatan diharap bisa mempemudah proses pemurnian dan hilirisasi.

Hal tersebut dapat dijumpai smelter nikel limonit milik Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan."Nature-nya seperti itu. Menurut saya untuk limonit sendiri itu pemanfataannya saya engga begitu khawatir. Harapannya tidak banyak dampaknya ke baterai kendaraan listrik," sambungnya.

Dia menilai, kekalahan Indonesia di forum WTO juga tak akan berdampak pada serapan invetasi di Indonesia. Dengan langkah pemerintah yang giat mendirikan pabrik pengolahan bijih nikel kadar rendah, investor akan lebih tertarik karena biaya pengembangan baterai kendaraan listrik makin ekonomis.

"Pemerintah galakkan pabrik untuk mengolah bijih kadar rendah yang mana secara inheren bijih tersebut nilai jualnya rendah maka harus diproses di lokasi yang dekat dengan penambangannya. Karena secara ekonomis gak masuk akal jika diolah di luar negeri," ujar Febri.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...