Smelter dan Rantai Pasok Jadi Dua Tantangan Besar Hilirisasi Tambang

Muhamad Fajar Riyandanu
18 November 2022, 15:08
hilirisasi, smelter, pertambangan
123RF.com/miraclemoments
Ilustrasi smelter.

Ada sejumlah rintangan yang harus dilalui pemerintah jika ingin melakukan hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri. Mulai dari pendirian pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter hingga tantangan rantai pasok dari hulu ke hilir.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif, mengatakan untuk mendorong hilirisasi pemerintah harus mengoptimalkan produksi di sektor pertambangan, mengembangkan industri untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.

"Kelemahan ada di manufaktur. Manufaktur pusatnya di Korea, Cina dan Jepang. kita sama sekali belum punya kemampuan ke sana, khususnya untuk smelter," kata Irwandi saat menjadi pembicara dalam agenda daring bertajuk 'Inovasi untuk Stabilisasi dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan' pada Jumat (18/11).

Hingga akhir 2021, ada 21 smelter yang dikelola oleh Kementerian ESDM yang terdiri dari 15 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan. Sementara di sisi lain ada 32 unit smelter milik swasta yang masih dalam tahap pembangungan atau konstruksi.

"Ambil contoh saja bauksit baru 2 atau 3 smelter yang operasi, masih ada 9 sampai 10 yang dalam konstruksi, apakah ini akan selesai? Karena pelarangan penjualan biji bauksit berlaku Juni 2023, dan ini sangat menentukan hilirisasi ke depan," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa tahun ini masih akan ada tambahan 7 smelter, dan 53 pada 2023. "Ini yang kemungkinan gak tercapai," kata dia. Simak target pendirian smelter di Indonesia pada databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...