DEN Sebut EBT Tak Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik 2050 Sebesar 2.000 TWh

Image title
1 Oktober 2021, 08:46
ebt, energi baru terbarukan, listrik, pembangkit listrik
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) melalui Compressed Natural Gas (CNG) Jakabaring di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (16/4/2021).

Konsumsi listrik di tahun 2050 diprediksi akan tumbuh pesat menjadi 2.000 Terra Watt hour (TWh). Sehingga listrik yang diproduksikan dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) pun belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Darnel Ibrahim mengatakan saat ini pembangkit EBT yang memungkinkan untuk menggantikan PLTU batu bara yakni pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan air (PLTA).

RI memiliki potensi panas bumi hingga 23,9 Gigawatt (GW). Namun listrik yang dihasilkan hanya 100 TWh. Sedangkan PLTA, dengan potensi yang ada saat ini maka listrik yang dapat diproduksikan sekitar 250-300 TWh. Sehingga gabungan keduanya hanya sekitar 500 TWh.

Sedangkan, kebutuhan listrik RI dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pada 2050 diproyeksi sekitar 2.000 TWh. Sehingga ada kesenjangan sekitar 1.500 TWh.

"Saat ini 1500 TWh itu kalau boleh pakai tentu kita pakai fosil dan gas. Kemudian sisanya EBT lainnya diutamakan yang mudah PLTS dan Angin. Namun tidak tertutup kemungkinan nuklir. Jadi penggantian semua pembangkit fosil itu masih panjang," ujar Herman dalam diskusi Masa Depan Energi Geothermal, Kamis (30/9).

Sebelumnya, Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan listrik nasional pada 2060 bakal meningkat menjadi 1.885 TWh. Dari jumlah tersebut sepenuhnya akan dipasok oleh pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT). Simak databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...