Penerbitan Obligasi Hijau Diramal Tembus Rp 14.000 Triliun pada 2022

Happy Fajrian
29 Oktober 2021, 14:08
obligasi hijau, investasi hijau,
123rf.com/warat42
Ilustrasi pembiayaan berkelanjutan, investasi hijau, ramah lingkungan.

Penerbitan obligasi hijau secara global dalam setahun diprediksi tembus US$ 1 triliun atau lebih dari Rp 14.200 triliun pada akhir 2022 atau awal 2023. Obligasi hijau menarik perhatian karena untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon membutuhkan investasi triliunan dolar baik dari sektor publik maupun swasta.

Investasi US$ 1 triliun obligasi hijau porsinya masih relatif kecil dari keseluruhan pasar utang. Namun diperkirakan akan terus naik secara signifikan seiring tekanan yang semakin besar kepada perusahaan untuk meningkatkan aktivitas terkait lingkungan, sosial dan tata kelola (Environment, Social, Governance/ESG).

Angka US$ 1 triliun yang diperkirakan akan tercapai pada akhir 2022 atau 2023 berdasarkan hasil survei yang dilakukan The Climate Bonds Initiative, terhadap 353 responden dari perusahaan, pemilik aset dan manajer investasi, bank pembangunan dan regulator, serta perusahaan pemeringakat dan verifikasi global.

“Tonggak bersejarah US$ 1 triliun (penerbitan obligasi hijau) yang ditunggu-tunggu akan segera menjadi kenyataan, antara pada akhir 2022 atau pada 2023,” kata Kepala Eksekutif the Climate Bonds Initiative, Sean Kidney, seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (29/10).

Climate Bonds Initiative, lembaga nirlaba yang mempromosikan investasi rendah karbon berbasis di Inggris, mengatakan bahwa penerbitan obligasi hijau kian populer untuk membiayai proyek-proyek rendah karbon di seluruh dunia.

Jumlah penerbitan obligasi hijau tahun depan naik dua kali lipat dari tahun ini yang diperkirakan mencapai US$ 500 miliar atau Rp 7.100 triliun. Sedangkan pada 2019 penerbitan obligasi hijau mencapai US$ 297 miliar.

Meski demikian Kidney menilai jumlah tersebut masih belum cukup untuk mengatasi krisis iklim yang terus memburuk. Menurut dia, para pembuat kebijakan dunia harus menetapkan target lebih tinggi, setidaknya US$ 5 triliun atau lebih Rp 71.000 triliun untuk mengatasi krisis iklim global.

Berdasarkan hasil survei, sekitar 25% responden, meyakini investasi obligasi hijau akan melewati US$ 1 triliun pada kuartal keempat 2022. Sekitar 13% responden memperkirakan tonggak US$ 1 triliun akan tercapai pada kuartal keempat tahun 2023.

Kemudian 12% responden mengatakan tonggak bersejarah tersebut akan tercapai pada kuartal II 2023, dan 10% responden memperkirakan tercapai pada kuartal III 2023. Sisanya berpendapat bahwa pencapaian tersebut akan tercapai lebih lama lagi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...