Warga Desa Sibanggor Julu Tuntut Evaluasi Mendalam PLTP Sorik Marapi
Warga Desa Sibanggor Julu yang terdampak semburan lumpur dan gas dari sumur panas bumi di proyek PLTP Sorik Marapi berharap Kementerian ESDM dapat menekan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) memperbaiki tata kelola manajemen dan memeriksa kondisi peralatan pengeboran yang sesuai standar.
Hal ini agar insiden semburan lumpur dan gas tidak terus berulang di masa depan. Seperti diketahui terjadi insiden untuk yang ketiga kalinya pada proyek PLTP Sorik Marapi yang menyebabkan korban jiwa, baik dari sisi pekerja proyek maupun warga desa yang berdekatan dengan lokasi PLTP.
"Ini harus ada evaluasi secara besar-besaran, jangan evaluasi sebelah mata," kata salah seorang warga desa yang bernama Saptar kepada Katadata.co.id melalui sambungan telepon pada Rabu (27/4).
Pria berusia 40 tahun tersebut mengatakan, dampak yang ditimbulkan dari semburan gas dan lumpur PLTP Sorik Marapi pada Minggu lalu tak hanya menyasar pada Desa Sibanggor Julu.
Musibah tersebut juga dialami oleh beberapa desa di Lembah Sorik yang mengakibatkan aliran kali tercemar. "Karena air yang bersumber dari semburan itu mengalir ke sumber air bersih ke desa-desa tetangga," jelasnya.
Hal serupa tak dirasakan oleh warga Desa Sibanggor Julu karena letak desa yang berada di wilayah atas menyebabkan aliran air di sungai, sumur dan sawah di Desa Sibanggor Julu tak terkena dampak semburan lumpur.
"Kami terdampak oleh polusi udara bau dan kebisingan suara yang tidak menentu. Gak ada kontrolnya. seperti tengah malam sudah ada suara yang kencang macam pesawat yang mau mendarat saja," keluh Saptar.
Terakhir, Saptar berharap pihak Perusahaan dan Pemerintah terbuka kepada masyarakan untuk menjaskann sebab terjadinya sumburan gas dan lumpur yang terus berulang. "Perlu intens sosialisasi ke masyarakat. Jadi rasa was-was masyarakat itu tidak berkepanjangan," tukasnya.
Lebih lanjut, Saptar mengatakan, pihak perusahaan harus lebih selektif dalam penerimaan tenaga kerja di PLTP Sorik Marapi. Ia berharap, perusahaan bisa lebih cermat dalam merektur warga sekitat sebagai tenaga kerja. Rekrutmen harus dilakukan dengan uji kompentensi ketat.
"Tenaga kerja di sini jangan lah asal terima saja. Misalnya jangan hanya yang bisa ngurusi listrik dimasukkan ke bagian teknik. Ini kan bukan perusahaan kecil. Dampak dan bahayanya ini bukan main-main. Jangan dibuat uji coba," ujar Saptar.
Investigasi Masih Berjalan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerjunkan tim investigasi ke lapangan menyusul insiden semburan gas dan lumpur dari sumur panas bumi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sorik Marapi, Mandailing Natal, Sumatera Utara yang terjadi pada Ahad (24/4).
Peristiwa tersebut menyebabkan 21 warga Desa Sibanggor Julu dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panyabungan akibat menghirup gas Hidrogen Sulfida (H2S).
"Tim investigasi Kementerian ESDM sudah bekerja dilokasi sejak Senin, 25 April. Sekarang masih bejalan proses investigasi untuk mengetahui penyebab kejadian di tanggal 24 April," kata Direkur Jenderal Panas Bumi Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Harris saat dihubungi melalui pesan singkat pada Rabu (27/4).
Haris mengatakan, hasil dari laporan investigasi akan dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan sejumlah evaluasi terhadap PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), sebagai pihak pengelola dari PLTP Sorik Marapi.
"Akan dilakukan juga evaluasi yang lebih dalam terkait kejadian-kejadian selama ini di SMGP dan upaya penanganan yang telah dilaksanakan SMGP," sambungnya.
Head Corporate Communications PT SMGP, Yani Siskartika, menyampaikan sebanyak delapan belas orang sudah diperbolehkan pulang dari RSUD Panyabungan. Sedangkan tiga pasien masih dalam penanganan tim medis.
Yani menambahkan, prosedur pengamanan sumur T-12 terus dilanjutkan untuk memastikan sumur benar-benar dalam keadaan aman dan menghilangkan potensi well kick.
"Sebenarnya kami juga sudah lakukan tindakan perbaikan sejak kejadian 25 Januari tahun lalu. Operasional uji alir sumur juga sesuai SOP, seperti yang dilakukan 6 Maret lalu, dan memang gas detector menunjukkan 0 ppm," jelas Yani lewat pesan singkat pada Rabu (27/4).
Untuk sementara, SMGP menghentikan kegiatan pengeboran dan uji alir sumur. Saat ini, tim Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM bekerja sama dengan tim SMGP dan POLDA Sumatera Utara masih menginvestigasi penyebab utama dari well kick. "Jadi nanti kita tunggu saja hasil investigasi dan arahannya," ujar Yani.
Sebelumnya pada 6 Maret 2022, sebanyak 58 warga Desa Sibangor Jalu mengeluhkan gangguan kesehatan akibat insiden paparan gas H2S di lokasi sumur AAE-05. Sebanyak 36 warga menjalani rawat inap dan 22 lainnya menjalani rawat jalan.
Mundur setahun kebelakang, pada Januari 2021, PLTP Sorik Marapi pernah mengalami kebocoran gas di salah satu sumurnya dan mengakibatkan 5 orang pekerja tewas dalam Insiden tersebut.