Penjualan eceran Matahari Department Store sepanjang semester I 2020 sebesar Rp 1,44 triliun, turun 62,05% dibandingkan semester I 2019. Kemudian, penjualan konsinyasi Rp 760,07 miliar, turun 47,18%. Sedangkan pendapatan jasa turun 20,43% menjadi Rp 48,75 miliar.

Kinerja penjualan terus melorot pada kuartal II 2020, yakni sebesar Rp 1,21 triliun, turun 83,2% dibandingkan kuartal II 2019, yang sebesar Rp 7,23 triliun.

Selain Matahari, PT Hero Supermarket Tbk menderita rugi periode berjalan Rp 202,08 miliar, berbanding terbalik dari posisi untung Rp 7,9 miliar pada periode sama tahun lalu. Paslanya, peretail ini mencatatkan penurunan pendapatan bersih 25,73% secara tahunan menjadi Rp 4,95 triliun pada paruh pertama tahun 2020.

Di Ambang Resesi

Pada awal pandemi, sejumlah survei menunjukkan industri padat karya hanya sanggup bertahan selama 3-6 bulan di tengah pandemi. Setelah itu, jika kondisi belum juga membaik, mereka akan mulai memangkas pekerjanya.

Berikut adalah gambaran yang terjadi pada industri pembuat alas kaki:

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kegiatan ekonomi berangsur pulih sejak pelonggaran PSBB pada Juni 2020. "Tetapi tetap di bawah normal," katanya.

Piter juga menyinggung opsi pengetatan kembali PSBB setelah jumlah kasus harian di Indonesia mencapai lebih  1.000 kasus, bahkan sempat melampaui 2.000 kasus. Kondisi ini semakin menambah ketidakpastian ekonomi, khususnya para pelaku usaha.

“Apakah ada jaminan wabahnya berhenti kalau kita ketatkan lagi PSBB? Kan tidak. Pengetatan PSBB tidak akan menjadi solusi bila kesadaran mematuhi protokol kesehatan masyarakat masih rendah,” kata Piter.

Ketimbang mengetatkan lagi aktivitas perekonomian, dia menyarankan peningkatan kedisiplinan masyarakat di masa pandemi. Hal ini bisa mendorong aktivitas perkekonomian perlahan tumbuh serta menekan penyebaran virus corona.

“Kalau wabahnya masih ada di luar sana dan masyarakat tidak patuh, kondisi ini akan terus terjadi di Indonesia. Seperti sekarang ini, konsumsi rendah dan wabah yang belum terkendali,” kata Piter.

Presiden Joko Widodo mengambil opsi untuk menggenjot belanja negara agar konsumsi bergerak naik. Pasalnya, penyerapan stimulus untuk penanganan Covid-19 yang telah terealisasi baru mencapai Rp 145 triliun dari total sebesar Rp 695 triliun.

"Ini artinya baru sekitar 20% anggaran penanganan Covid-19 yang sudah terpakai. Masih kecil sekali," ujar Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/8).

Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi yang sudah pasti negatif pada kuartal II 2020, Indonesia otomatis masuk ke dalam resesi teknikal.

Ia menjelaskan, resesi teknikal merupakan kondisi pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Indonesia sudah mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 jika dilihat secara kuartalan.

Sebab perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2019 tercatat 4,97% dan kemudian turun pada kuartal I 2020 menjadi 2,97%. Dengan demikian perekonomian sudah turun 2% jika dilihat secara kuartalan. Jika pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi, maka Indonesia sudah masuk resesi teknikal.

Apalagi, PSBB transisi yang berlangsung hingga kini masih menghambat kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Bagaimanapun, ia setuju dengan kebijakan PSBB mengingat pandemi corona harus dikendalikan. "Memang ada trade off antara pengendalian wabah dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Agung Jatmiko, Dimas Jarot Bayu, Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement