CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menilai bahwa unicorn itu mengembangkan superapp, karena memberikan layanan yang terdiversifikasi. “Ini agar aplikasi bisa dipakai terus (untuk berbagai jasa/produk), sehingga matriks terus naik,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (29/4).

Matriks yang dimaksud seperti jumlah pengguna aktif bulanan alias monthly active users (MAU), rerata transaksi, volume transaksi bruto (GTV) dan lainnya. “Ini bisa menaikkan valuasi,” ujar Eddi.

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda sepakat bahwa semakin banyak layanan, maka semakin besar cakupan konsumen dan loyalitasnya. Ini karena pelanggan tidak perlu membuka aplikasi lain untuk kegiatan lainnya.

Selain itu, membentuk ekosistem menjadi superapps dinilai dapat menambah valuasi dengan biaya yang terukur. Caranya ada tiga yakni mengembangkan platform sendiri, bekerja sama, atau akuisisi dan merger.

“Dalam kasus Traveloka dan Lazada, yang ditempuh yakni kerja sama. Sedangkan Gojek dan Tokopedia mengembangkan bisnis dengan akuisisi dan merger,” kata Nailul. “Cara pertama ditempuh oleh Shopee untuk mengembangkan ShopeeFood. Shopee tidak merasa keberatan karena permodalan sudah cukup kuat, terutama dari pasar modal.”

Nailul memperkirakan, pengembangan ekosistem di perusahaan digital, terutama melalui praktik kerja sama ataupun merger dan akuisisi, meningkat.

Di satu sisi, langkah Lazada, Traveloka, dan Bukalapak memperluas layanan dilakukan di saat Grab akan IPO. Selain itu, Gojek dan Tokopedia dikabarkan akan segera merger.

Jika aksi korporasi itu jadi dilakukan, valuasi dan permodalan Grab dan Gojek menjadi lebih besar. Grab memperkirakan valuasi ekuitas berdasarkan pro-forma sekitar US$ 39,6 miliar atau Rp 578,4 triliun, setelah bergabung dengan SPAC.

Sedangkan valuasi gabungan Tokopedia dan Gojek ditaksir  US$ 35 miliar (Rp 489 triliun) hingga US$ 40 miliar (Rp 559 triliun). Perusahaan gabungan kedua startup jumbo ini disebut-sebut bernama GoTo.

CEO perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works, Li Jianggan menilai, Tokopedia dan Gojek kehilangan uang dan pangsa pasar. “Menggalang dana tambahan dari pasar swasta menjadi sangat sulit, dan SoftBank, investor utama Tokopedia, secara terbuka mengatakan tidak akan menalangi perusahaan portofolio mana pun,” demikian kata Li dalam kolom opini di SCMP, Januari lalu (7/1).

Oleh karena itu, menurutnya kedua perusahaan mencari cara untuk lolos dari situasi ini. Salah satu caranya dengan mengkaji merger. “Supaya merger masuk akal, entitas gabungan tidak hanya membutuhkan cerita, tetapi juga jalur yang layak untuk menangkis persaingan, mencapai profitabilitas, dan kemampuan mengeksekusi dengan baik,” demikian dikutip.

Namun Li menilai, Grab memimpin industri di regional. Sedangkan Sea Group memiliki bisnis video game yang menguntungkan.

Di satu sisi, para startup tetap memperebutkan pasar Indonesia yang menjadi basis Gojek dan Tokopedia, karena populasi dan potensi pasarnya yang besar. “Namun, selama bertahun-tahun banyak yang telah belajar bahwa agar untung di negara ini membutuhkan permainan jangka panjang dan banyak kesabaran,” demikian kata Li.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement