"Artinya, kalau tidak ada revisi aturan DHE dan BI tidak mengeluarkan TD Valas DHE ini, mungkin saja rupiah bisa lebih lemah dari saat ini, mungkin bisa melemah hingga 1%," kata Josua, Selasa (29/8).

Namun, ia tidak menampik efek instrumen baru ini mungkin akan lebih terasa bagi rupiah beberapa bulan ke depan setelah makin banyak eksportir yang patuh kewajiban terhadap retensi minimal tiga bulan. Apalagi, BI kini juga telah menawarkan TD valas dengan tenor lebih panjang sehinga opsi bagi eksportir makin banyak.

Setelah berjalan lima bulan, realisasi devisa ekspor yang sudah masuk ke Indonesia melalui transaksi TD Valas DHE sudah mencapai US$ 1,78 miliar seperti terlihat pada grafik di bawah ini.

Lima bulan setelah peluncuran TD Valas DHE, BI kini memngeluarkan instrumen moneter baru, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI. Ini merupakan surat utang yang diterbitkan bank sentral dalam mata uang rupiah dengan underlying SBN yang dikempit BI.

Instrumen ini bisa dibeli oleh investor nonbank di pasar sekunder dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. Selain bertujuan pendalaman pasar uang, SRBI ini juga sebagai alternatif menjaga rupiah.

"Instrumen itu bisa memberikan ruang untuk mendukung stabilitas rupiah kalau investor asing masuk dan likuiditas valasnya menjadi lebih baik," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto dalam diskusi dengan media awal pekan ini.

SRBI baru akan diterbitkan pada 15 September dengan penawaran tenor enam, sembilan, dan 12 bulan. Bedanya dengan instrumen repo, SRBI ini dinilai lebih sesuai untuk karakteristik investor non bank.

Modal asing yang masuk melalui SRBI bisa membantu penguatan rupiah melalui peningkatan posisi cadangan devisa Indonesia karena adanya aliran masuk valas. Namun, Josua menyebut efektif tidaknya kebijakan itu menarik investor asing akan bergantung pada tingkat bunga yang ditawarkan.

Asing dinilai akan tertarik jika tingkat bunga tenor 12 bulan antara 6,3-6,5% atau di rentang yang kompetitif dengan tingkat bunya instrumen reverse repo SBN tenor 12 saat ini di 6,42%. Dengan imbal hasil di rentang itu, SRBI dinilai bisa lebih menarik ketimbang repo karena beberapa karakteristik khasnya seperti bersifat tradable, bunga diskonto dan setelmen cepat.

Rupiah akan Menguat

Josua memperkirakan, rupiah bisa menguat menuju akhir tahun dengan berbagai instrumen baru BI, baik lewat kebijakan DHE maupun SRBI. Selain itu, menurut dia, ketidakpastian terkait The Fed juga diramal mulai berkurang setelah pertemuan September. Ia memperkirakan rupiah pada akhir tahun berada di rentang 14.900-15.200 per dolar AS.

Analis senior Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan,, pelaku pasar akan cenderung wait and see jelang pertemuan The Fed bulan depan. Di sisi lain, perekonomian AS yang masih tumbuh dan pasar tenaga kerja yang kuat turut mendorong penguatan dolar AS. Karena itu, dalam jangka pendek, ia menyebut rupiah masih akan bertahan di rentang 15.000-15.300.

Di sisi lain, Reny cukup optimistis dengan upaya BI menjaga nilai tukar lewat berbagai instrumen moneternya. "Tetapi untuk dua kebijakan terakhir (DHE dan SRBI) masih memerlukan beberapa waktu ke depan minimal tiga bulan untuk melihat seberapa efektif kinerjanya untuk memperkuat stabilitas pasar dan menarik capital flow," tulis dia dalam catatanya.

Seperti halnya Josua, Reny juga melihat peluang penguatan rupiah yang diperkirakan parkir di level 14.864 per dolar AS. Optimisme penguatan tersebut seiring fundamental dan daya tahan ekonomi domestik yang tetap solid dan kekhawatiran suku bunga The Fed yang sudah akan priced in sehingga memicu aliran masuk modal asing.

Bank Indonesia dalam rapat kerja dengan Banggar DPR kemarin (29/8) memperkirakan rata-rata rupiah sepanjang tahun ini di rentang 14.800-15.200 per dolar AS. Kurs garuda bahkan diperkirakan semakin menguat di rentang 14.600-15.100 pada tahun depan yang salah satunya karena adanya aturan DHE.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement