Yenny Wahid: Banyak yang Patah Hati dengan Pak Jokowi

Image title
Oleh Tim Redaksi
14 Januari 2024, 13:57
Yenny Wahid
Katadata/Bintan Insani
Dewan Penasehat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Yenny Wahid

Menurut lembaga survei, suara di Jatim geser ke Prabowo?

Iya memang kita harus bekerja di akar rumput. Sesuatu yang melawan establishment memang berat. Tapi gak apa-apa kita berpolitik menggunakan hati nurani, itu menjadi dasar saya dalam mengambil keputusan. Nurani kita harus mempertahankan demokrasi, kedaulatan rakyat. Hal-hal yang menjadi dasar untuk memperjuangkan Ganjar Mahfud.

Soal latar belakang sejarah pendukung Ganjar, Bu Mega kan pernah melengserkan Gus Dur?

Betul banyak komentar begitu. Kalau kita lihat, semua capres memiliki story dengan Gus Dur. Seperti Cak Imin jelas punya story dengan Gus Dur, sebagai keponakan yang mengambil partainya Gus Dur, pamannya sendiri dikeluarkan. Hahaha

Itu kan yang sudah paling berat itu. Walaupun dia menyangkal terus..

Menyangkal terus tapi kan kenyataannya seperti itu, masih ada beritanya Cak Imin menggugat Gus Dur Rp 99 miliar. Nah yang kedua, paslon kedua, pak Prabowo sendiri kan juga pernah membuat komentar di media, saat diwawancara oleh seorang media asing, bahwa beliau agak malu punya presiden tunanetra seperti Gus Dur.

Bagaimana dengan Ganjar-Mahfud?

Paslonnya gak ada masalah, malah justru Mahfud sangat dekat dengan Gus Dur. Jadi dalam Pilpres ini saya memilih paslon bukan memilih pendukung dan pengusungnya.

Walaupun di situ ada Bu Mega yang saya pilih pasangan Ganjar-Mahfud. Nah, dari semua tiga paslon ini yang gak ada story dengan Gus Dur, adalah Ganjar-Mahfud. Saya juga mendapatkan pesan spiritual dari ayah saya bahwa kita harus ikhlas dalam Pilpres kali ini.

Nah, ikhlas bagaimana?

Kalau kita melihat Bu Mega ini ikhlas lho mendukung Ganjar. Ikhlasnya ini bukan mengada-ngada. Bu Mega mencalonkan putrinya sendiri Bu Puan sebagai calon presiden bisa gak? Bisa aja, wong PDIP punya suara 20 persen di parlemen.

Artinya seperti apa?

Saya melihat walaupun ini di zaman di mana orang tua justru mendorong anaknya masuk dalam kancah politik untuk menduduki posisi tertentu, Ibu Mega malah ikhlas mengorbankan anaknya untuk tidak maju sebagai calon, bahwa itu sikap yang luar biasa sikap kenegarawan. Nah Gus Dur dan Bu Mega antara mereka berdua sudah diselesaikan antara mereka berdua Gus Dur udah sambang-sambangan setelah zaman pak SBY belum jadi presiden lagi kira-kira

Kalau pak Prabowo, konon Gus Dur pernah bilang bahwa Prabowo itu adalah apa orang yang ikhlas ya kan. Ada lagi konon perkataan dari Gus Dur akan menjadi presiden di masa tuanya?

Nah, kalau soal ikhlas memang Gus Dur mengatakan itu, banyak sekali orang yang mendengarnya. Beliau berkali-kali kalah juga tetap saja dan yang terakhir baik sama pak Jokowi, pasti di situ ada keikhlasan.

Kedua soal amalan bahwa pak Prabowo akan jadi presiden di usia tua, saya terus terang belum mendengar beliau mengatakan itu. Saya juga tanyakan semua mulai kakak saya, adik, ibu, semua orang dekat bapak, semua asistennya Gus Dur, pengawalnya semua, saya tanya pernah denger gak? Gak ada yang pernah dengar. Jadi saya gak pernah tahu siapa ini perawinya.

Yenny Wahid bertemu Prabowo Subianto
Yenny Wahid bertemu Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/YU)

Soal representasi NU, orang mengklaim ada dua referensi pertama Cak Imin yang kedua pak Mahfud..

Keduanya memang dibesarkan dalam kultur NU. Pembedanya adalah yang satu dulu malah mengkhianati Gus Dur, yang satu dekat dengan Gus Dur.

Tapi Pak Mahfud kan selalu dicap bahwa dia bukan NU tulen..

Itu kan untuk menyerang dia. Pak Mahfud ini tahlilan, sholawat, ziarah kubur, mondok, jelas NU-nya. Apalagi Madura di sana kan agamanya NU. Kalau ada yang meragukan Pak Mahfud bukan NU itu memang sebuah image yang coba diciptakan untuk menghalanginya. Ini politik sifatnya, keluarganya pak Mahfud kan orang NU semua.

Anda mau bilang bahwa pengaruh Cak Imin itu di NU gak berlaku signifikan

Di NU struktural ya berat karena bermusuhan secara terbuka dengan Gus Yahya. Nah di basis massa, NU itu yang kemudian masuk ke dalam irisan PKB otomatis mendapatkan perintah untuk mensukseskan Cak Imin dan Pak Anies. Perintah ini masuknya garis partai politik gitu. Tapi secara kultural, secara luas terikat dengan ini, rata-rata masih memilihnya Ganjar-Mahfud.

Jadi, kolam suara NU ini masih kuat ke Ganjar-Mahfud?

Pada saat ini, saya ketemu banyak sekali kyai-kyai di tingkat kultural sama semua. Pak Ganjar sendiri juga bukan keluarga yang asing dengan NU. Istrinya Pak Ganjar, Mbak Atikoh itu cucu dari KH Hisyam A Karim, pendiri pondok pesantren di Purbalingga.Jadi ya sudah keluarga sendiri keluarga besar NU intinya.

Jadi, ini kira-kira bisa satu putaran atau enggak?

Semua tentu berjuang untuk satu putaran, tapi kalau realistis ya pasti mempersiapkan buat dua putaran. Nah, kalau dua putaran tentunya kita akan lebih siap dan saya yakin kalau sampai dua putaran pun kita malah justru untuk menangnya lebih besar.

Tapi ngomong-ngomong demokrasi dijajah keliatan gejala-gejalanya gak?

Saya berharapnya sih gak, sebetulnya ini kan untuk melatih kemampuan melakukan konsolidasi salah satunya di demokrasi ini. Nah, penggunaan resources yang kita lihat kok tak pada tempatnya, resources negara gitu. Nah, kita berharap sih bahwa itu tidak kemudian menjadi tren yang terus berlanjut.

Nah, Anda resah, galau atau apa?

Cukup galau, karena yang namanya demokrasi ini sesuatu yang betul-betul diperjuangkan oleh anak-anak muda waktu itu, mahasiswa, masyarakat dengan darah keringat dan air mata. Harus dijaga, harus dijaga betul. Ini legacy yang gak boleh dianggap enteng.

Andai Mbak Yenny ditelpon Pak Jokowi, diajak berbicara empat mata, apa hal penting yang ingin Anda sampaikan?

Saya berharap Pak Jokowi yang namanya begitu harum karena telah meninggalkan begitu banyak prestasi untuk Indonesia, pernah dianggap sebagai ikonik demokrasi, dianggap sebagai ikonnya pembangunan infrastruktur, ekonomi yang berkelanjutan, kedaulatan ekonomi dan upaya-upaya seperti itu di tangan pak Jokowi kan luar biasa sekali. Kita bangga dulu dengan pak Jokowi.

Ketika ke luar negeri kita bangga sekali dengan Pak Jokowi. Saya berharap bahwa legacy ini tidak akan rusak karena nila setitik itu. Legaci beliau ini penting sekali. Kita butuh sosok pemimpin seperti pak Jokowi yang 2014 dan 2019.

Saya butuh itu butuh orang yang bisa saya banggakan, mungkin terlalu personal, tapi saya rasa banyak orang yang juga merasa patah hati pada saat ini.

Jadi Anda patah hati ya

Ya boleh sedih sedih sedikit. Saya berharap pak Jokowi tetap menjadi dirinya sendiri, seperti yang dulu kita kenal.


Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...