Memahami Toxic Masculinity, Contoh dan Cara Mengatasinya

Image title
10 Januari 2022, 08:46
Salah satu contoh toxic masculinity adalah anggapan, pria tidak boleh menangis. Anggapan tersebut ada sejak lama dan kini sudah tidak lagi relevan seiring dengan perkembangan zaman.
Unsplash
Ilustrasi pria

3. Menganggap Normal Perilaku Kekerasan

Ada pemahaman bahwa pria dan kekerasan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dan kepercayaan inilah yang kemudian menjadi toxic masculinity. Pria dan kekerasan bukanlah sesuatu yang saling berhubungan.

Kekerasan bisa terjadi tanpa memandang gender, dan tidak bisa dianggap wajar. Kekerasan merupakan tindakan yang tidak tepat secara moral, dan sangat tidak dianjurkan dalam menyelesaikan sebuah masalah.

4. Menganggap Aktivitas di Rumah Hanya Milik Perempuan

Contoh toxic masculinity yang berikutnya adalah anggapan bahwa kegiatan atau aktivitas di rumah hanyalah milik perempuan. Aktivitas yang dimaksud adalah memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya.

Di masa sekarang, membagi kegiatan atau aktivitas berdasarkan gender sudah tidak lagi relevan, dan malah menimbulkan toxic masculinity. Pria bisa saja memasak atau membersihkan rumah tanpa kehilangan status maskulinitasnya.

5. Mewajarkan Tindakan Ekstrem

Poin terakhir dari contoh toxic masculinity adalah mewajarkan tindakkan ekstrem. Hal ini, berkaitan dengan menormalisasi perilaku kekerasan, dan menganggap bahwa pria dan kekerasan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Tindakan ekstrem yang dimaksud misalnya, berkendara dengan kecepatan tinggi, melanggar peraturan lalu lintas.

Cara Mengatasi Toxic Masculinity

Toxic masculinity hanya akan membawa pria kepada hal-hal yang membebankan fisik dan mental. Raewyn Connell menjelaskan bahwa standar maskulinitas yang sulit dicapai adalah toxic masculinity.

Menurut jurnal Efek dari toxic masculinity memengaruhi fisik dan mental. Mengutip dari American Journal Public Health yang dirilis pada 2014, pria yang mengejar standar toxic masculinity cenderung sulit tidur bahkan depresi.

Hal ini diperparah dengan laporan dari jurnal kesehatan pria, Am J Mens Health, yang menyebutkan bahwa pria cenderung menghindari konsultasi ke dokter, ketika dilanda masalah kesehatan fisik maupun mental.

Healthline media kesehatan dan kebugaran Amerika memberikan tiga poin cara mengatasi toxic masculinity. Apa sajakah itu?

1. Menerima Keadaan

Cara mengatasi toxic masculinity yang pertama adalah dengan menerima keadaan. Ya, jika kita tidak bisa mengubah keadaan, atau setidaknya kita sudah berusaha untuk itu dan tidak berhasil, maka terimalah kondisi atau keadaannya.

Tidak semua hal bisa kita kontrol dan kita ubah. Mengikuti standar maskulinitas di lingkungan sosial, hanya membawa kita kepada toxic masculinity.

2. Cari Teman Bicara yang Positif

Curhat kepada teman yang memiliki pikiran positif, jadi salah satu cara mengatasi toxic masculinity. Ketika kita sudah berusaha menerima keadaan, ada kalanya pikiran-pikiran negatif itu datang lagi.

Berceritalah kepada sosok teman, yang bisa mendengarkan dan memberikan sudut pandang baru yang lebih sehat, adalah salah satu cara mengatasi toxic masculinity.

3. Belajar Percaya Kepada Diri Sendiri

Hal terakhir yang merupakan cara mengatasi toxic masculinity adalah dengan percaya diri. Standar maskulinitas yang ditetapkan oleh lingkungan, terkadang tidaklah cocok dengan kepribadian kita. Menuruti standar tersebut tak hanya membawa kita kepada toxic masculinity, tapi juga membuat kita tidak percaya kepada diri sendiri.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement