Sri Mulyani Waspadai Pengetatan Moneter AS - Eropa Akan Memicu Krisis

Abdul Azis Said
2 Desember 2021, 17:46
Sri mulyani, fed, moneter
smindrawati/instagram
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat melakukan pertemuan bilaterall dengan Menkeu Amerika Serikat yang juga mantan Gubernur Fed Janet Yellen di Washington DC, 13 Oktober 2021

Kenaikan inflasi mendorong banyak bank sentral di negara maju mulai memperketat kebijakan moneter

Menteri Keuangan Sri Mulyani  mengingatkan pengetatan kebijakan moneter bisa memberi dampak rembetan atau spill over berupa tertahannya pemulihan ekonomi dunia, bahkan memicu krisis.

Spill over dari pengetatan kebijakan bisa berdampak besar. Pasalnya, kebijakan tersebut kemungkinan akan dilakukan oleh  bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Dua kekuatan ekonomi besar tersebut sangat berpengaruh dalam memberikan sentimen ke pasar keuangan global.

"Kebijakan The Fed dan juga ECB tentu berpotensi memiliki efek spill over ke negara lain. Kita perlu sangat waspada dengan situasi dinamis ini," kata Sri Mulyani dalam acara OJK-OECD Conferece, Kamis (2/12).

Mantan Direktur Pelaksana World Bank tersebut menambahkan dampak pengetatan moneter  bank AS dan Eropa akan menganggu proses pemulihan ekonomi di sebagian besar negara dunia yang kini masih berlangsung.

Rencana excit policy ini berpotensi menciptakan votalilitas di pasar bahkan bisa berujung krisis.

"Kita tidak mau dunia berakhir di situasi dimana proses pemulihan yang terlalu dini dan rentan, tapi inflasi telah mengambil alih, sehinga tantangannya seperti stagflasi," kata dia.

Stagflasi merupakan situasi dimana inflasi memanas sementara pertumbuhan ekonomi stagnan bahkan melemah. Ini sempat menjadi kekhawatiran banyak pihak beberapa waktu terakhir.

 Baik the Fed ataupun ECB memang belum memberi sinyal yang jelas kapan akan menaikkan bunga acuannya. Namun, pelaku pasar sudah berspekulasi bahwa the Fed akan mempercepat kebijakan tapering off nya.

The Fed telah memulai pengetatan moneternya dengan mengurangi quantitative easing (QE) atau pembelian aset mulai akhir bulan lalu.

Meski demikian, pasar kembali riuh usai The Fed memberi sinyal akan mempercepat pengurangan QE tersebut sehingga bisa berakhir lebih cepat dari rencana awal pada Juni 2022.

Jika pembelian aset diakhiri lebih cepat berarti The Fed memiliki ruang lebih luas untuk mulai menaikkan suku bunga acuan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...