Harga Minyak Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS
Harga minyak terdongkrak pelemahan Dolar AS. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,62% menjadi 108,3300 pada akhir perdagangan Senin (12/9/2022), menyusul penurunan 0,64% di sesi sebelumnya. Secara historis, harga minyak seringkali berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Sementara itu, kekhawatiran resesi global terus membebani pasar. Pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve memperkuat pesan untuk memprioritaskan memerangi inflasi atas pertumbuhan ekonomi. Kenaikan suku bunga 75 basis poin dari Bank Sentral Eropa pekan lalu menambah kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Hal itu diperkirakan akan melemahkan permintaan minyak.
Pasokan minyak global diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku pada 5 Desember. Negara-negara G7 akan menerapkan batas harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan ekspor minyak negara itu.
Sementara itu, cadangan minyak darurat AS turun 8,4 juta barel menjadi 434,1 juta barel pada pekan lalu. Cadangan tersebut berada di level terendah sejak Oktober 1984, menurut data yang dirilis pada Senin (12/9/2022) oleh Departemen Energi AS.
Untuk pekan yang berakhir Jumat (9/9/2022), WTI turun 0,1 persen, sementara Brent turun 0,2 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
Pada Agustus 2022, pemerintah Amerika Serikat (AS) memproyeksikan harga minyak dunia akan menurun mulai kuartal ketiga tahun ini sampai akhir 2023. Prediksi ini disampaikan Badan Administrasi Informasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) dalam laporan Short-Term Energy Outlook edisi Agustus 2022.