Alasan di Balik Rendahnya Peran Perempuan Indonesia dalam STEM

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
7 Agustus 2018, 16:01
Facebook
ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville
Seorang perempuan menunggu lift di kantor Facebook, London, Inggris, (4/12)

Sekar Arum teringat saat pertama kali masuk kuliah jurusan Teknik Informatika lebih dari 10 tahun silam. Meskipun sering dianggap sebagai bidang untuk laki-laki, ternyata teman-teman perempuannya di jurusan tersebut cukup banyak. Bila dihitung secara kasar, ada sekitar 50 orang perempuan dari total mahasiswa seangkatannya yang berjumlah 120 orang.

Sekarang, jika diminta untuk menyebutkan teman-teman perempuannya yang berkarir di industri Teknik Informatika (TI), dia mengaku kesulitan. Jumlah teman perempuannya yang benar-benar terjun ke industri TI bisa dihitung dengan jari. Bahkan, dia sendiri saat ini memilih untuk berkarir di bidang media yang tidak berhubungan langsung dengan latar belakang pendidikannya.

Di balik alasannya untuk mengejar passion di dunia tulis menulis, Arum mengaku merasa tidak percaya diri untuk berkompetisi dengan para pria. Meskipun dia berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan, kemampuannya dalam hal teknis yang berkaitan dengan teknologi informasi dianggapnya belum cukup untuk sesuai dengan persyaratan diminta perusahaan.

“Syarat untuk posisi TI itu sangat banyak, mulai dari mahir beberapa bahasa pemrogaman, kemampuan setting-up jaringan internet, hingga harus bersedia dihubungi 24 jam per hari jika ada yang berhubungan dengan kendala teknis,” kata Arum kepada Tim Riset Katadata.

Arum menjelaskan, banyaknya persyaratan teknis dan waktu kerja yang tidak tentu membuatnya mundur. Pasalnya, kesediaan untuk bisa dipanggil pada jam berapapun jika ada kendala teknis termasuk pada tengah malam cukup memberatkannya. Selain itu keluar saat  larut malam  dianggap tidak aman bagi perempuan.

Arum merupakan salah satu perempuan yang merasa bahwa kebijakan perusahaan yang bergerak pada industri STEM belum ramah terhadap perempuan. Menurut Isis H. Settles dalam penelitiannya bertajuk Women in STEM: Challenges and determinants of success and well-being. Psychological Science Agenda beberapa faktor lainnya juga berkontribusi terhadap ‘dingin’-nya iklim STEM yang tidak nyaman bagi perempuan, seperti mendapatkan tekanan kinerja yang lebih besar karena diharapkan untuk mewakili perempuan sebagai sebuah grup.   

Selain itu, berdasarkan studi yang berjudul Professional Role Confidence and Gendered Persistence in Engineering yang diterbitkan oleh American Sociological Review menunjukkan bahwa banyak perempuan yang keluar dari karir STEM karena kurangnya Professional Role Confidence atau kepercayaan diri untuk memenuhi peran, kompetensi, dan sifat identitas profesi tersebut.

Partisipasi perempuan dalam STEM
Partisipasi perempuan dalam STEM (Katadata)

Dukungan untuk Perempuan

Sejalan dengan laporan yang dirilis UNESCO dan Korean women’s Development Institute pada 2015, A Complex Formula: Girls and Women in Science, Technology, Engineering, and Mathematics in Asia, jumlah mahasiswa perempuan di bidang STEM bisa dibilang cukup banyak dan mendominasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...