Pertamina Pesimistis Bisa Mengebor Blok Rokan Tahun Depan

Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi blok migas
29/11/2019, 08.13 WIB

Realisasi produksi minyak siap jual (lifting) gas Blok Mahakam pada Semester I 2019 hanya 662 juta standar kubik per hari (MMscfd) atau 60,18% dari target tahun ini. Capaian tersebut jauh menurun dari realisasi lifting gas Blok ini ketika masih dikelola oleh Total EP Indonesia pada 2017 lalu yang mencapai 1.286 MMscfd.

Pada Semester I 2019, lifting Blok Rokan juga hanya 194 ribu BOPD. Angka ini lebih rendah dibandingkan empat bulan pertama tahun ini yang mencapai 195 ribu barel per hari (BOPD).

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, jika Pertamina masuk ke Blok Rokan sebelum 2021, maka pembagian besaran hasil produksi migas menjadi tak pasti. “Kalau Pertamina yang ‘modal’ akan bingung pembagiannya,” kata dia.

(Baca: DPR Mendesak Pertamina Segera Masuk ke Blok Rokan)

Sebab, Pertamina belum Production Sharing Contract (PSC). “Nanti dihitung sebagai partner, keuntungannya lebih besar dari Chevron," kata Fatar.

Ia pun mengungkapkan opsi yang dapat dipakai kedua belah pihak. Salah satunya dengan pelepasan aset di Blok Rokan. Opsi tersebut dapat menjadi solusi ketika diskusi yang dilakukan belum menemui titik temu.

Namun, opsi ini dapat memberatkan keuangan bagi Pertamina. Maka dari itu, menurutnya Pertamina butuh mitra untuk mengelola blok migas. "Kalau sepenuhnya dilakukan sendiri, keuangan negara tergerus, pendapatannya (Pertamina) juga berkurang,” katanya.

(Baca: Arcandra Minta Pertamina Tetap Adopsi Teknologi EOR di Blok Rokan)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan