Prospek Cerah Kendaraan Listrik, Harga Nikel Naik dan Cetak Rekor

PT Antam TBK
Harga nikel terus naik seiring meningkatnya permintaan mobil listrik.
Penulis: Sorta Tobing
23/10/2020, 13.33 WIB

Bahan pembuatan katoda itu seringkali mahal. Terdiri dari kobalt, nikel, litium, dan mangan. Semuanya adalah produk tambang yang harus melalui proses pengolahan sebelum menjadi senyawa kimia dengan kemurnian tinggi.

Biaya baterai rata-rata untuk kendaraan listrik mencapai US$ 7.350. Angkanya telah turun 87% selama sepuluh tahun terakhir, menurut catatan BloombergNEF. Tapi harga per energi yang dihasilkan sekitar US$ 156 per kilowatt hour (kWh), masih lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.

Angka itu diperkirakan turun menjadi US$ 93 per kilowatt hour pada 2024. Untuk mencapainya, produsen harus mengganti kobalt yang berbiaya tinggi dengan nikel. Selain lebih murah, nikel juga menyimpan lebih banyak energi.

Namun, keunggulan kobalt membuat baterai menjadi tidak terlalu panas atau mudah terbakar. Penggantian bahan baku ini akan membuat produsen melakukan penyesuaian standar keamanan untuk kendaraan listrik.

Penurunan harga baterai juga dapat terjadi dengan mengganti desainnya. Saat ini bentuk baterai EV sangat kaku, seperti koper besar. Dengan menyederhanakan desain, produsen pun akan memperoleh penghematan tambahan.

Pembuatan baterai lithium-ion terbesar saat ini 80% berada di Asia, mayoritas Tiongkok. Eropa berencana membangun pabrik baru dan akan melampau Amerika Utara dalam pembuatan sel baterai pada 2021.

Perusahaan Tiongkok Contemporary Amperex Technology Co Ltd tercatat memproduksi baterai terbanyak pada 2019. Pemasok produsen kendaraan listrik terbesar adalah Panasonic. LG Chem Ltd dari Korea juga mulai menguasai seperempat pasar sektor tersebut.

Halaman: