Pejabat SKK Migas Jadi Dirut Pertamina Rokan, Bagaimana Target Migas?

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Ilustrasi.
6/5/2021, 14.05 WIB

Menurut Mamit, Buyung memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di PHR. Seperti persoalan enhanced oil recovery (EOR) yang formulasinya belum selesai dirumuskan bersama Chevron Pacific Indonesia (CPI), serta soal tender pembangkit listrik Blok Rokan milik Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang belum jelas hingga sekarang. "Jadi masih banyak PR yang harus diselesaikan," kata dia.

Dia menilai penunjukan Buyung sebagai Dirut PHR penuh dengan kontroversi. Pasalnya banyak internal Pertamina yang diduga menolak keputusan tersebut dan merasa seharusnya posisi tersebut diisi pejabat karir internal Pertamina.

Buyung juga dianggap tidak mempunyai pengalaman yang cukup signifikan di sektor hulu migas. "Kedekatannya dengan mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar yang membawa pulang ke Indonesia dan akhirnya menjadi salah satu staf khusus sebelum menjabat jadi Deputi di SKK Migas," ujarnya.

Sementara itu, Buyung juga masih meninggalkan pekerjaan rumah di internal SKK Migas berupa program target produksi satu juta barel minyak. Sehingga Mamit berharap, Buyung tetap menuntaskan ide tersebut dengan membantu meningkatkan produksi PHR secara signifikan.

"Ini menjadi pekerjaan yang sangat berat. Apalagi jika nanti Blok Rokan gagal mencapai produksi. Maka semua mata akan memandang ke arah PHR," kata dia.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan