Rencana Uni Eropa (UE) mengembargo minyak Rusia sudah di depan mata. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck membocorkan bahwa kebijakan tersebut kemungkinan akan disepakati dalam beberapa hari ke depan.
Menurut Habeck, kebijakan tersebut akan mencakup aturan pembebasan harga minyak global. "Kami akan mencapai terobosan dalam beberapa hari," ujarnya seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (24/5).
Meski demikian Habeck memperingatkan bahwa embargo minyak kemungkinan tidak akan secara otomatis melemahkan Rusia. Hal ini disebabkan oleh lonjakan harga minyak yang membuat Rusia dapat meraup pendapatan lebih tinggi dari hasil penjualan minyak walau dalam volume yang lebih rendah.
Oleh karena itu, Komisi Eropa dan Amerika sedang mengerjakan proposal untuk tidak lagi membayar minyak Rusia dengan harga berapa pun. Mereka bersepakat untuk untuk membatasi harga minyak global.
"Ini jelas merupakan tindakan yang tidak biasa, tetapi ini adalah waktu yang tidak biasa. Langkah ini hanya berfungsi jika banyak negara ikut serta. Itu kendalanya," ujar Hebeck. Simak databoks berikut:
Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, meminta kepada para pemimpin bisnis global di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah negara lain menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuan mereka.
Embargo komoditas energi Rusia cukup sulit dilaksanakan karena banyak dari 27 negara anggota UE yang bergantung pada pasokan energi dari Rusia.
Adanya kekosongan kebulatan suara dari negara anggota UE memicu kritik dari Zelenskiy bahwa negara barat tidak bergerak cukup cepat untuk mengurangi ketergantungannya terhadap pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Salah satu anggota UE yang mengkritik ketetapan embargo adalah Hongaria. Mereka menuntut investasi energi sebelum menyetujui embargo. UE telah menawarkan hingga 2 miliar euro atau setara US$ 2,14 miliar kepada negara-negara Eropa tengah dan Eropa timur yang kekurangan pasokan energi dari sumber non-Rusia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Kremlin akan fokus pada pengembangan hubungan dengan Cina karena hubungan ekonomi dengan Amerika dan Eropa telah terputus.
"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan secara serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak," katanya dalam sebuah pidato, menurut transkrip di situs web kementerian luar negeri.
"Sekarang Barat telah mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kita dengan Cina akan tumbuh lebih cepat,” sambung Lavrov. Simak databoks berikut:
Di samping Rusia juga sudah mulai mencari pasar baru seiring dengan rencana embargo minyak mentah dan produk olahan minyak oleh UE sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Deputi Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pasar Asia menjadi salah satu targetnya.
“Rusia akan mengirim minyak yang ditolak negara Eropa ke Asia dan wilayah lainnya. Eropa harus mencari pengganti pasokan yang akan lebih mahal,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Kamis (19/5).
Eropa menerima sekitar 4 juta barel per hari minyak mentah dari Rusia. Novak mengatakan bahwa Rusia siap mengalihkan pasokan tersebut ke wilayah lain dan membiarkan Eropa mencari pasokan baru yang lebih mahal dari tempat lain.
Sanksi negara barat kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina pada Februari yang masih berlangsung hingga hari ini membuat sejumlah pembeli menunda atau bahkan membatalkan pembelian. Ini membuat produksi minyak Rusia menyusut.
Novak mengatakan bahwa produksi minyak Rusia turun sekitar 1 juta bph pada April. Namun pada Mei tingkat produksi pulih sekitar 200-300 ribu bph dengan pemulihan lebih lanjut ditargetkan pada bulan depan.
Novak juga mengklaim bahwa ekspor minyak negaranya secara bertahap mulai pulih setelah beberapa negara setop melakukan pembelian sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. “Rusia akan mencari pasar ekspor baru karena harga energi kami yang kompetitif,” ujarnya.