Perusahaan milik negara Rusia, Gazprom, hari ini, Kamis (21/7) kembali mengalirkan pasokan gas ke kawasan Eropa via jalur pipa Nord Stream 1 yang melalui laut Baltik dan berakhir di Jerman, setelah masa pemeliharaan selama 10 hari sejak 11 Juli selesai.
Kembalinya aliran gas melalui salah satu rute pengiriman gas utama ke Eropa ini dilakukan di tengah kekhawatiran negara-negara Uni Eropa bahwa Rusia akan mematikan aliran gas seterusnya sebagai balasan sanksi atas invasi ke Ukraina.
“Rusia melanjutkan kembali pasokan gas melalui jalur pipa utama ke Eropa hari Kamis,” kata juru bicara Gazprom seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/7).
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa volume gas yang dialirkan kembali mulai hari ini berkurang dibandingkan sebelum periode pemeliharaan pada 11 Juli lalu.
Komisi Eropa berencana mengeluarkan rencana darurat baru yang akan mewajibkan negara-negara anggota Uni Eropa untuk mengheman konsumsi gas 10-15% seiring ketidakpastian pasokan dari Rusia.
Pasalnya Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa aliran gas via pipa Nord Stream 1 kemungkinan akan dipangkas lebih jauh karena ada alat pompa yang rusak, yang harus diperbaiki mulai 26 Juli mendatang.
Sebelumnya Rusia telah memangkas aliran gas Nord Stream 1 hingga menjadi 40% dari kapasitas penuh karena penundaan pengembalian turbin gas dari perbaikan oleh Siemens Energy di Kanada.
“Ada lima unit pompa di Nord Stream 1. Satu rusak karena lapisan dalamnya runtuh. Ada dua yang berfungsi di sana yang memompa gas 60 juta meter kubik per hari. Jika satu tidak dikembalikan, hanya tersisa satu mesin yang memompa 30 juta meter kubik. Apakah Gazprom ada hubungannya dengan itu?” kata Putin, Rabu (20/7).
Sebelumnya Gazprom juga telah menyatakan kondisi kahar atau force majeure dan tidak dapat menjamin pengiriman gas ke Eropa via Nord Stream 1. Simak databoks berikut:
Peran Vital Nord Stream 1 Bagi Eropa
Jalur pipa Nord Stream 1 merupakan salah satu rute pengiriman gas utama ke Eropa, melalui Jerman. Pipa tersebut dimiliki secara mayoritas oleh Gazprom, yakni sebesar 51%, sisanya dipegang oleh perusahaan barat, yakni PEGI/E.ON dan Wintershall Dea masing-masing menggenggam 15,%, kemudian French Engie dan Dutch Gasunie masing-masing 9%.
Sementara itu konsorsium Nord Stream AG yang berbasis di Swiss menjadi operator jalur pipa ini yang mengatur masalah transit gas, teknis, hukum dan lingkungan, namun tidak memiliki aset atas gas di pipa tersebut.
Gazprom Export menangani pengiriman gas melalui kontrak dengan perusahaan utilitas Eropa dan pedagang gas. Pipa Nord Stream 1 mengirimkan gas dari Rusia ke Jerman melalui Teluk Finlandia dan Laut Baltik sepanjang 1.222 kilometer (km) dengan diameter pipa 1.220 milimeter (mm).
Kapasitas maksimal gas yang dapat dialirkan melalui jalur ini yaitu sekitar 160 juta meter kubik (mcm) per hari, atau 55 miliar meter kubik (bcm) per tahun. Proyek pembangunan pipa ini dimulai pada 1997 dan beroperasi penuh pada 8 Oktober 2012.
Nord Stream 1 bukan satu-satunya rute pengiriman gas ke Eropa. Rute lainnya yaitu pipa gas Yamal sepanjang 4.107 km yang melalui Belarusia dan Polandia mampu mengalirkan 33 bcm per tahun.
Selain itu ada juga pipa gas yang melalui Ukraina. Ada dua koridor pipa gas yang melalui negara yang tengah diinvasi ini, yakni rute barat, rute Selatan, dan rute utara-selatan.
Rute barat terdiri dari tiga jalur pipa yakni Soyuz yang mengalirkan gas dari lapangan gas Orenburg sepanjang 1.567 km dengan kapasitas gas maksimal 26,1 bcm per tahun; Progress sepanjang 1.120 km dengan kapasitas maksimal 28 bcm per tahun yang mengalirkan gas dari lapangan Yamburg. Serta pipa Urengoy-Pomary-Uzhhorod dari lapangan gas Urengoy sepanjang 1.160 km dengan kapasitas 29,7 bcm per tahun.
Kemudian rute Selatan terdiri dari beberapa jalur pipa, yakni pipa Yelets–Kremenchuk–Kryvyi Rih, pipa Shebelinka–Dnipropetrovsk–Kryvyi Rih–Rozdilna–Izmail, pipa Kremenchuk–Ananyiv–Bohorodchany, pipa Ananyiv–Tiraspol–Izmail, dan pipa Rozdilna–Izmail.
Sedangkan rute utara-selatan melalui wilayah Luhank Oblast di timur Ukraina. Namun seiring dengan krisis di Ukraina, Rusia menggunakan rute ini untuk menyuplai wilayah Donbas yang belum lama ini menyatakan kemerdekaannya dari Ukraina.
Namun Rusia telah memangkas aliran gas ke Eropa dari seluruh rute-rute tersebut. Jika Rusia menutup aliran gas via Nord Stream 1 untuk seterusnya pasca periode pemeliharaan 10 hari yang berakhir hari ini, maka Eropa tidak memiliki pasokan gas yang cukup untuk menghadapi musim dingin.
Situs penyimpanan gas bawah tanah Eropa saat ini terisi 64% dari total kapasitas penuh dengan target sebesar 80% pada 1 November. Namun target itu kemungkinan tak akan tercapai jika Rusia tidak mengembalikan aliran gas ke level normal.
“Jika Nord Stream 1 menghentikan ekspor sepenuhnya setelah pemeliharaan pada 21 Juli, tingkat penyimpanan UE hanya akan mencapai sekitar 65% sebelum musim dingin, menciptakan risiko nyata bahwa benua itu dapat kehabisan gas selama musim pemanasan, menambah kenaikan lebih lanjut ke pasar yang sedang naik daun,” kata analis di Rystad Energy.
Sebelumnya Rusia telah menghentikan aliran gas ke Bulgaria, Finlandia, Polandia, Denmark, perusahaan Belanda Gasterra and Shell untuk kontrak Jermannya, setelah mereka semua menolak permintaan Kremlin untuk beralih ke pembayaran dalam rubel.