SKK Migas telah berkomunikasi dengan Pertamina untuk menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta perusahaan minyak dan gas bumi (migas) milik negara tersebut ikut menggarap proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Abadi Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetijpto menyampaikan, pihaknya bersama Pertamina sedang membahas soal besaran persentase hak pengelolaan yang bakal mereka ambil dari Shell. Adapun Shell saat ini memiliki hak pengelolaan proyek LNG Masela sebesar 35% yang sejatinya ingin mereka lepas sejak sejak dua tahun lalu.
"Ini sesuatu yang sangat bagus seandainya perusahaan migas domestik bisa menggantikah Shell. Tinggal hitung-hitungan Pertamina bisa ambil berapa persen. Kami sangat berharap supaya Pertamina bisa masuk, karena itu proyek yang bagus," kata Dwi di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (3/8).
Dwi menjelasakan, saat ini Pertamina sedangan mengkaji peluang untung-rugi sebelum memberi keputusan untuk ikut menggarap Blok Masela. Hal ini perlu dilakukan karena status proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum berproduksi.
Selain itu, Pertamina saat ini pun sudah mengelola sejumlah blok migas besar seperti Blok Rokan dan Blok Mahakam. "Saya sendiri sudah mulai kontak dengan pertamina menanyakan kemampuan mereka akan berapa besar. Itu Pertamina yang belum memberikan jawaban," sambungnya.
SKK Migas berharap Pertamina sudah menyelesaikan kajian mereka pada Agustus atau September tahun ini. Dwi pun mengungkap, Inpex selaku pemilik mayoritas hak pengelolaan sekaligus operator proyek LNG Abadi Blok Masela, mengajukan agar proyek dapat berjalan mulai tahun depan.
Adapun Proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu sudah menggandeng PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pembeli. "Kami harap Pertamina bisa segera karena rencananya Inpex akan mengajukan projeknya mulai jalan lebih cepat di tahun depan," ujar Dwi.
Dia juga menyampaikan bahwa pernah mengirim surat ke Inpex untuk mendorong Pertamina agar mengambil 15% hak pengelolaan di Blok Masela. "Dulu saya pernah mengirim surat ke Inpex untuk bisa masuk sekitar 15%. Tapi itu dulu, sekarang kan kondisinya berubah, yang sekarang melakukan kajian dengan kondisi sekarang," tutur Dwi.
Di lokasi yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pihaknya bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan sedang merancang instrumen pendaaan untuk menyokong partisipasi Pertamina di Blok Masela.
Adapun sejumlah opsi yang ada saat ini yakni pemerintah berupaya untuk menarik pendanaan lewat Indonesia Investment Authority (INA).
"Sudah dibilang oleh bu Menteri Keuangan, jadi tinggal harus tahu syarat dan ketentuannya. Tapi itu nanti internal lah dengan Kementerian BUMN, INA dan pemerintah yang bisa mendukungnya," kata Arifin.
Pada kesempatan tersebut, Arifin juga mengatakan ada perusahaan migas asal Amerika Serikat yang berpeluang untuk ikut mengambil bagian persentase hak pengelolaan Shell bersama dengan PT Pertamina.
"Selain perusahaan migas Indonesia, ada juga KKKS dari Amerika Serikat yang juga komunikasi dengan Inpex. Mereka lagi duduk bersama," ujar Arifin.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan kepada Menteri Investasi Bahlil Lahadalia agar segera menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan migas nasional untuk menjalankan pengembangan proyek Lapangan Abadi LNG, Blok Masela.
Hal tersebut disampaikan Presiden usai melakukan pertemuan dengan perdana menteri Jepang di The Japan CEO Meeting dengan KBRI Tokyo, Jepang pada Rabu (27/7).
"Kita tahu semua bahwa ada konsorsium dari Inpex ini keluar (Shell) dan Presiden sudah memerintahkan yang keluar ini (Shell) digantikan oleh pengusaha nasional baik itu melalui Indonesia Investment Authority (INA) atau BUMN," ujar Bahlil dikutip dari Kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Kamis (28/7).
Bahlil menambahkan, dengan masuknya BUMN di Blok Masela, Presiden Jokowi berharap produksi dan lifting migas nasional bisa meningkat. "Jika itu bisa dilakukan, ini akan mampu menciptakan produski migas dan pertumbuhan ekonomi," ujar Bahlil.
Progres proyek Abadi LNG Blok Masela masih mandek usai mundurnya perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Belanda, Shell Upstream Overseas pada Juli 2020. Padahal proyek ini ditargetkan onstream atau mulai berproduksi pada 2027.
Sebelum menarik diri dari proyek LNG Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI) yang nilainya diperkirakan US$ 800 juta hingga US$ 1 miliar. Sisanya dikuasai Inpex asal Jepang sebesar 65%.