Petronas Disebut Berminat Kelola Blok East Natuna Bersama Pertamina

Arief Kamaludin|KATADATA
Petronas berminat mengelola Blok East Natuna bersama Pertamina.
5/10/2022, 14.34 WIB

Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Malaysia, Petronas, dikabarkan berminat untuk menjadi salah satu pengelola lapangan gas di Blok East Natuna bersama PT Pertamina (Persero).

SKK Migas menyampaikan Petronas sudah mengajukan minat untuk mengembangkan Blok East Natuna yang berada di perairan Natuna.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan pihaknya akan mempertemukan Petronas dengan Pertamina selaku operator di Blok East Natuna. Rencananya, pertemuan tersebut akan dihelat pada pekan depan.

"Mungkin minggu depan mulai bicara-bicara. Kami juga minta Petronas mengirim surat juga kalau memang rencananya demikian," kata Dwi saat ditemui wartawan di Media Gathering SKK Migas di Bandung, Selasa (4/10).

Dwi menambahkan, saat ini kegiatan penambangan gas di Blok East Natuna terhenti seiring keputusan ExxonMobil dan PTT EP yang sebelumnya merupakan bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina memilih hengkang dan tidak melanjutkan kerja sama.

"Petronas berminat, tentu dengan Pertamina sebagai operator penugasan. Ini kan belum jalan-jalan. Kalau ada pihak lain yang berminat kan bisa menarik Pertamina," ujar Dwi. 

Blok East Natuna ditaksir memiliki potensi gas hingga 222 triliun kaki kubik (TCF) dengan kandungan karbondioksida atau CO2 yang mencapai 71%. Dengan kondisi tersebut, gas yang sanggup dieksploitasi hanya berada di kisaran 46 TCF.

Dwi melanjutkan, seiring dengan perkembangan teknologi pemisah gas dengan karbondioksida atau Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS), kendala CO2 di Blok East Natuna dinilai bisa diatasi. 

Petronas dinilai sebagai perusahaan yang sanggup untuk mengelola lapangan gas yang memiliki kandungan CO2 yang tinggi. Sebab saat ini Pertonas juga mengelola proyek migas di Malaysia yang memiliki kandungan CO2 hingga 70%.

"Kami segera mendorong Petronas untuk Blok East Natuna yang sudah lama belum tergarap karena CO2 yang tinggi. Dengan adanya CCUS, ada titik terang untuk menangani itu," tutur Dwi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu